Oleh: Muhammad Ihsan Zainuddin
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَسْتَهْدِيْهِ،
وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا،
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِهِ وَأَصْحَابِهِ. وَأَحْيِنَا اَللَّهُمَّ عَلَى سُنَّتِهِ وَأَمِتْنَا عَلَى
مِلَّتِهِ. وَبَعْدُ؛
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
Amma ba’du, kaum muslimin yang
berbahagia!
Saya mewasiatkan kepada Anda
sekalian dan juga kepada diri saya sendiri untuk selalu menjaga dan
meningkatkan taqwa yang hakiki kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala, sebab inilah
wasiat yang disampaikan Allah kepada generasi terdahulu dan juga generasi yang
akan datang:
“Dan kepunyaan Allah-lah segala
yang ada di langit dan yang ada di bumi. Dan sungguh kami telah mewasiatkan
kepada orang-orang ahlulkitab sebelum kalian dan kepada kalian agar kalian
bertaqwa kepada Allah. Dan jika kalian kafir maka sesungguhnya kepunyaan Allah
segala yang ada di langit dan yang ada di bumi ...” (An-Nisa: 131).
Hadirin yang dimuliakan Allah!
Sesungguhnya Tauhid yang murni
dan bersih adalah inti ajaran dari semua risalah samawiyah yang diturunkan
Allah Ta’ala. Ia adalah tiang penopang yang menegakkan bangunan Islam. Ia
adalah syi’ar Islam yang terbesar yang tak dapat terpisahkan dari Islam itu
sendiri. Inilah pesan utama Allah kepada Rasulnya yang diutus kepada ummat
manusia.
“Sungguh Kami telah mengutus
kepada setiap ummat seorang rasul (untuk menyampaikan): Sembahlah (oleh kalian)
akan Allah dan jauhilah thaghut.” (An-Nahl: 36)
Itulah misi utama para Rasul;
menegakkan penyembahan dan penghambaan hanya kepada Allah serta menafikan dan
menjauhi segala bentuk thaghut. Dan yang dimaksud dengan thaghut adalah segala
sesuatu yang menyebabkan seorang hamba melampaui batas-batas yang seharusnya
tak boleh ia langgar, baik berupa sesembahan, panutan dan ikutan. Sehingga
thaghut setiap kaum/komunitas adalah siapapun yang mereka jadikan sumber dasar
hukum selain Allah dan RasulNya, yang mereka jadikan Tuhan selain Allah
Subhannahu wa Ta'ala , yang mereka ta’ati meskipun dimurkai dan tidak diridloi
Allah Ta’ala.
“Tidakkah engkau melihat kepada
orang-orang yang menyangka bahwa mereka telah beriman kepada apa yang telah
diturunkan kepadamu dan yang diturunkan sebelummu, (padahal) mereka ingin
bertahkim (mengambil hukum) dari thaghut padahal sungguh mereka telah
diperintah untuk kafir kepadanya.” (An-Nisa: 60)
Kedua unsur penting inilah yang
terangkai dalam kalimat suci La ilaha illallah; tiada Tuhan yang berhak
disembah selain Allah.
Hadirin para hamba Allah yang
berbahagia!
Di atas kalimat Tauhid yang
murni dan mulia itulah Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam membangun
ummatnya, di atas landasan yang kokoh itulah beliau menegakkan da’wah, dari
situlah beliau menegakkan generasi yang hanya meng-Esa-kan Allah Yang Maha Esa
dan membebaskan diri mereka dari cengkraman makhluq-makhluq lain yang dianggap
sekutu bagi Allah Ta’ala.
Dan ketika seorang Muwahhid mengucapkan dan melantunkan kalimat Tauhid itu, maka seharusnya ia meyakini dua hal yang menjadi tujuan dari kalimat suci tersebut. Apa dua tujuan itu?
Dan ketika seorang Muwahhid mengucapkan dan melantunkan kalimat Tauhid itu, maka seharusnya ia meyakini dua hal yang menjadi tujuan dari kalimat suci tersebut. Apa dua tujuan itu?
Tujuan pertama adalah menegakkan
yang haq dan member-sihkan yang bathil. Sebab makna yang sesungguhnya dari
kalimat la ilah Illallah itu adalah tidak ada yang berhak untuk disembah selain
Allah. Sehingga segala sesuatu selain Allah adalah bathil dan tidak berhak
mendapatkan hak-hak ilahiyyah (hak-hak untuk disembah). Dan lihatlah bagaimana
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam membersihkan Jazirah Arab dari
kotoran-kotoran dan kekuasaan thoghut dan patung-patung sesembahan. Ingatlah
bagaimana batu besar saat itu yang bernama Hubal yang dikelilingi 360 berhala
dihancurkan oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam dengan tangan beliau
yang mulia pada saat beliau memasuki kota Makkah dengan penuh kemenangan. Dan
semua itu beliau seraya mengulang-ulang firman Allah:
“Dan Katakanlah (wahai Muhammad)
telah datang Al-Haq dan hancurlah yang bathil. Sesungguhnya yang bathil itu
pasti hancur.” (Al-Isra’: 81)
Kemudian tujuan yang kedua adalah untuk mengatur dan meluruskan perilaku manusia agar selalu dalam lingkaran Tauhid yang murni kepada Allah yang terpancar dari kalimat Tauhid. Agar semua tindak-tanduk manusia dilandasi oleh keyakinan bahwa Allah-lah satu-satunya Tuhan Yang Maha Kuasa.
Kemudian tujuan yang kedua adalah untuk mengatur dan meluruskan perilaku manusia agar selalu dalam lingkaran Tauhid yang murni kepada Allah yang terpancar dari kalimat Tauhid. Agar semua tindak-tanduk manusia dilandasi oleh keyakinan bahwa Allah-lah satu-satunya Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dan agar kalimat Tauhid itu
dapat “berhasil guna” dalam mengatur perilaku manusia maka ada tujuh syarat
yang harus dipenuhi, yaitu: al-’ilm (mengetahui) maknanya yang benar, al-yaqin
(meyakini) kandungan-nya tanpa ada keraguan, al-ikhlas (ikhlas) tanpa ternodai
oleh syirik, ash-shidq (membenarkan) tanpa mendustakannya, al-qabul (menerimanya)
dengan penuh kerelaan tanpa menolaknya, tunduk pada konsekwensi kalimat Tauhid
(al-inqiyad), dan semua itu harus dilandasi dengan al-mahabbah (cinta) kepada
Allah Subhannahu wa Ta'ala .
Bila ketujuh syarat tersebut
telah terpenuhi maka insya’ Allah seluruh ibadah dan amal kita akan selalu
terhiasi dan diterangi oleh kemurnian Tauhid, sehingga semuanya dikerjakan
hanya karena Allah, tidak ada lagi permintaan tolong selain kepada Allah, tidak
ada lagi tawakkal kecuali kepada Allah, tidak ada lagi pengharapan dan rasa
takut selain kepada Allah, tidak ada lagi kekuatan selain pertolongan Allah.
Dari sinilah, seorang muwahhid akan merasakan dari lubuk hatinya yang terdalam
bahwa segala sesuatu selain Allah adalah lemah dan tidak berdaya. Maka ia tidak
lagi takut kebengisan dan kekuatan para makhluq, tidak lagi terpedaya oleh
kilau duniawi, dan baginya tidak mungkin ada yang dapat manandingi Allah, tidak
ada yang dapat menghalangi apapun yang dikehendaki Allah Subhannahu wa Ta'ala .
Sehingga baginya bergantung kepada selain Allah adalah suatu kelemahan dan
berharap kepada selain Allah adalah sebuah kesesatan:
“Dan bagi Allah-lah segala hal ghaib yang ada di langit dan di bumi, dan kepadaNya-lah segala perkara dikembalikan.” (Hud: 123).
“Dan bagi Allah-lah segala hal ghaib yang ada di langit dan di bumi, dan kepadaNya-lah segala perkara dikembalikan.” (Hud: 123).
Dari sini jelaslah perbedaan
yang sangat jauh antara seorang Muwahhid dengan seorang musyrik. Seorang
muwahhid adalah orang yang mengetahui Dzat yang menciptakannya sehingga ia pun
beribadah dan menghamba padaNya dengan sebenar-benarnya. Sebaliknya seorang
musyrik adalah orang yang buta mata hatinya, kehilangan arah dan jauh
meninggalkan Dzat yang melimpahkan ni’mat padanya. Na’udzu billah min dzalik.
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!
Sejak dahulu hingga sekarang,
begitu banyak manusia yang tersesatkan oleh keyakinan berbilang “tuhan” yang
disembah, yang dapat dimintai pertolongan, yang dapat dijadikan sumber hukum
dan yang berhak mendapatkan kekhususan-kekhususan ilahiyah. Dan keyakinan ini
adalah sebuah kesesatan yang nyata yang telah diperangi oleh Islam dengan
keras. Sehingga tidaklah mengherankan bila Tauhid yang murni kemudian menjadi
syi’ar terpenting Islam yang selalu ada dalam aspek I’tiqad dan amaliyah.
Dengan syi’ar inilah Islam dikenal bahkan karenanya Islam diperangi. Seputar
syi’ar ini pula lah pertentangan antara ahlul haq dan ahlul bathil terus
berlanjut.
“Sesungguhnya Tuhan kalian
benar-benar satu. Tuhan (yang menciptakan, mengatur dan menguasai) langit dan
bumi serta yang ada di antara keduanya ...” (Ash-Shaffat: 4-5).
Dan sesungguhnya kemunduran dan
musibah-musibah yang selama ini menimpa umat Islam adalah disebabkan mereka
tidak lagi memperhatikan syi’ar yang penting ini. Lemahnya ikatan tauhid dalam
jiwa-jiwa mereka adalah sebab utama dari berbagai kekalahan kaum muslimin dan
kemenangan musuh-musuh mereka yang kita saksikan dalam kurun waktu yang cukup
lama. Banyak di antara kaum muslimin yang tenggelam dalam kebodohan terhadap
tauhid ini, sehingga mereka mendatangi penghuni-penghuni kubur, berdoa didepan
batu-batu nisannya, meminta pertolongan penghuninya saat susah dan sedih.
Bahkan lebih dari itu, seringkali mereka memuji dan mengagungkan panghuni kubur
itu dengan ungkapan-ungkapan yang hanya pantas diberikan kepada Allah Rabbul
’alamin.
Dikarenakan lemahnya keyakinan
akan pertolongan Allah, banyak di antara kaum muslimin yang kemudian
menggunakan jimat dengan menggantungkan di tubuh mereka karena yakin hal itu
akan mendatangkan keselamatan dan menghindarkannya dari marabahaya. Padahal
Allah telah menegaskan:
“Dan jika Allah menimpakan musibah atasmu maka tidak ada yang dapat menyingkapnya selain Ia, dan jika Ia memberikan kebaikan padamu maka Ia Maha Kuasa terhadap segala sesuatu.” (Al-An’am: 17).
Dan suatu hari Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam pernah melihat lelaki yang mengenakan jimat di tangannya, lalu beliau berkata:
“Dan jika Allah menimpakan musibah atasmu maka tidak ada yang dapat menyingkapnya selain Ia, dan jika Ia memberikan kebaikan padamu maka Ia Maha Kuasa terhadap segala sesuatu.” (Al-An’am: 17).
Dan suatu hari Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam pernah melihat lelaki yang mengenakan jimat di tangannya, lalu beliau berkata:
اِنْزِعْهَا
فَإِنَّهَا لاَ تَزِيْدُكَ إِلاَّ وَهْنًا فَإِنَّكَ لَوْ مِتَّ وَهِيَ عَلَيْكَ
مَا أَفْلَحْتَ أَبَدًا.
“Cabutlah (benda itu) karena ia
hanya akan semakin membuatmu lemah/takut. Karena sesungguhnya jika engkau mati
dalam keadaan memakainya maka engkau tidak akan beruntung selamanya.” (HR.
Ahmad dengan sanad “la ba’sa bih”).
Dan juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad, bahwa Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
Dan juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad, bahwa Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
مَنْ
تَعَلَّقَ تَمِيْمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ.
“Barangsiapa yang menggantungkan
tamimah (jimat) maka sungguh ia telah berbuat syirik.” Di antara kaum muslimin
juga terdapat orang yang terfitnah oleh para tukang sihir dan peramal yang
katanya dapat meramal masa depan, padahal Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam
yang mulia telah menyatakan:
مَنْ
أَتَى عَرَّافًا أَوْ كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا
أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ.
“Barangsiapa yang mendatangi
tukang ramal atau dukun lalu mempercayai apa yang dikatakannya, maka sungguh ia
telah kafir terhadap apa yang diturunkan pada Muhammad.” (HR. Abu Dawwud,
An-Nasai, At-Tirmidzy, Ibnu Majah dan Al-Hakim)
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا
فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ
اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ.
فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah kedua:
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ
اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ؛
Kaum muslimin yang berbahagia!
Semua yang saya sebutkan di atas
adalah sekedar contoh terhadap model-model kesyirikan yang dilakukan sebagian
kaum muslimin. Dalam kenyataan sehari-hari kita akan menemukan model-model lain
dari perilaku syirik itu dalam berbagai aspek kehidupan kaum muslimin, yang
kemudian disadari atau tidak menyebabkan lemahnya keyakinan mereka terhadap
kemaha-besaran, kemahakuasaan, kemahaperkasaan Allah. Karena Tauhid mereka
lemah, maka merekapun tidak begitu yakin lagi dengan pertolongan Allah,
sehingga dengan amat sangat mudahnya musuh-musuh mereka menyebarkan rasa takut
lalu mengalahkan mereka.
Dengan demikian telah jelaslah,
bahwa rahasia kejayaan kaum muslimin terletak pada sejauh mana mereka
menegakkan Tauhid yang murni dalam segala kehidupan mereka. Bukankah kejayaan
dan kemengangan itu telah diraih oleh generasi pendahulu ummat ini, ketika
mereka telah terlebih dahulu menghujam nilai-nilai Tauhid tersebut ke dalam
kalbu mereka? Bukankah kejayaan dan kecemerlangan itu mereka dapatkan ketika
mereka meyakini bahwa misi utama mereka adalah mengeluarkan ummat manusia dari
penghambaan kepada sesama makhluk menuju penghambaan hanya kepada Sang khaliq?
Oleh sebab itu, bila kita
sekalian bertekad mengulang kembali kesuksesan dan kejayaan generasi As-Salaf
Ash-Shaleh itu, maka tidak ada jalan lain selain menapaki jejak mereka;
menegakkan kemurnian Tauhid dalam pribadi kita masing-masing. Imam Malik v
pernah bertutur:
لاَ
يَصْلُحُ آخِرُ هَذِهِ اْلأُمَّةِ إِلاَّ بِمَا صَلُحَ بِهِ أَوَّلُهَا.
“Generasi akhir ummat ini tak
akan baik kecuali dengan (jalan hidup) yang telah menjadikan baik generasi
pendahulunya.”
Kaum muslimin yang berbahagia!
Akhirnya, semoga kita sekalian
terpanggil untuk mengem-balikan kejayaan dan kehormatan ummat Islam. Semoga
kita sekalian tergugah untuk menebarkan rahmat Islam yang dibangun di atas
kemurnian Tauhid ke seluruh penjuru dunia, sehingga terwujudlah kehidupan yang
diridloi oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala . Amin.
إِنَّ
اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا
عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ
الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ أَسْعَارَهُمْ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
0 komentar: