BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Peradaban manusia dari zaman ke
zaman membawa perubahan yang terus bergulir hingga saat ini. Ilmu pengetahuan
yang membutuhkan wadah untuk berkembang dan disampaikan kepada orang lain
mengawali kemunculan berbagai jenis media yang kian lama kian membanjiri
kehidupan manusia. Dari sinilah kemudian cikal bakal perpustakaan lahir. Dibutuhkan pengelolaan yang
kian kompleks atas berbagai media rekam pengetahuan. Namun, seiring dinamisnya
dunia global dewasa ini, peran perpustakaan juga menemukan tantangannya.
Perpustakaan dituntut memiliki peran lebih untuk mengimbangi kebutuhan informasi
masyarakat luas, dan tidak hanya masyarakat penggunanya.
Fasilitas dalam suatu aktifitas baik
dalam menunjang kegiatan yang dilakukan oleh perorangan maupun
kelompok,merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian tersendiri, bahkan
keberadaan fasilitas yang baik akan turut menentukan hasil akhir dari suatu
kegiatan.
Demikian pula perpustakaan sebagai
sarana memperoleh pengetahuan bagi masyarakat, akan senantiasa berkaitan dengan
orang-orang yang mengelolanya (pustakawan dan pegawai perpustakaan). Tampa
adanya petugas perpustakaan dengan kemampuan yang baik, perpustakaan akan
kurang dilirik oleh masyarakat walaupun perpustakaan tersebut memiliki
fasilitas yang lengkap.
Secara umum perpustakaan mempunyai
arti sebagai suatu tempat yang didalamnya terdapat kegiatan
penghimpunan,pengelolaan, dan penyebarluasan (pelayanan) segala macam
informasi, baik yang tercetak maupun yang terekam dalam berbagai media seperti
buku, majalah, surat kabar, film, kaset, tape recorder, video, komputer dan
lain-lain[1]
Berdasarkan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi informasi yang telah banyak
merubah arti suatu perpustakaan. Salah satu penyebabnya yaitu berkembangnya
sistem pelayanan disuatu perpustakaan, ini disebabkan juga karena berkembangnya
fasilitas yang ada pada perpustakaan, sehingga pustakawan juga dituntut untuk
lebih kreatif dan lebih mengerti tentang fasilitas yang tersedia didalam
perpustakaan, dalam hal ini pustakawan diartikan sebagai seorang yang
menyelenggarakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada
masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu yang dimiliki
melalui pendidikan.[2]
Perpustakaan ini dirancang agar tidak hanya
sebagai kumpulan ilmu pengetahuan tetapi perpustakaan harus dirancang
sedemikian rupa agar dapat menjadi sumber pembelajaran secara mandiri bagi
penggunanya. Berfungsinya perpustakaan secara efektif dan efisien akan
menunjang mutu pelaksanaan pendidikan (tenaga pengajar,mahasiswa,pelajar,serta
masyarakat pada umumnya). Terdapat beberapa faktor yang saling berkaitan bila
peran perpustakaan ingin dicapai secara maksimal. Faktor-faktor yang dimaksud
antara lain: koleksi,staf, fasilitas, pendanaan, dan lingkungan yang kondusif
terhadap aktifitas pemberdayaan informasi. Meningkatnya kesadaran manajemen
dari lembaga induk perpustakaan terhadap fungsi perpustakaan akan membantu
terciptanya motivasi para pengguna perpustakaan dalam menambah wawasan ilmunya
serta kompetensinya sehingga berpeluang untuk memeiliki daya saing dalam
kehidupan masyarakat global.
Kumpulan
sumber informasi yang terdapat dalam sebuah perpustakaan tidak akan memberikan
manfaat yang banyak apabila dalam pengelolaannya tidak dilakukan dengan baik
dan professional. System pengelolaan profesionalispun tidak akan berjalan dengan
baik tampa fasilitas yang baik dan memadai pula. Sebaik apapun tenaga
perpustakaan, bila tidak diiringi dengan baiknya fasilitas sudah dapat
dipastikan kinerja pegawai perpustakaanpun tidak maksimal.
Ketika
seseorang memasuki sebuah perpustakaan, secara umum yang menjadi perhatian
adalah bagaimana sikap para pustakawan dalam menerima kunjungannya. Terkadang
ada kesan mau masuk silahkan tidak mau silahkan,para pustakawan tidak
menunjukkan sikap selayaknya orang yang menawarkan jasa. Pustakawan tidak termotivasi
agar perpustakaan dimana ia bekerja ramai dikunjungi orang. Hal demikian tidak
hanya terjadi di perpustakaan umum tetapi juga diperpustakaan perguruan tinggi.
Kesan
lain ketika seseorang memasuki sebuah perpustakaan adalah lamban dalam hal
pelayanan terhadap pengguna. Di sisi lain para pustakawan terkesan tidak
mencintai dan menguasai pekerjaannya. Indikasi tersebut dapat dilihat di saat
pengguna mencari referensi yang dibutuhkan untuk mendukung penelitiannya atau
sekedar ingin mencari jawaban terhadap masalah yang sedang dia hadapi,terkadang
pustakawan hanya menunjukkan secara sepintas saja tanpa memantau apakah
pengguna menemukan yang dia cari atau tidak,bahkan terkadang menunjukkan sambil
berlalu.
Perpustakaan
Universitas 45 Makassar dalam skripsi ini juga merupakan Perpustakaan
Universitas yang sebagai salah satu jenis perpustakaan perguruan tinggi yang
memiliki peran, fungsi, serta tugas menunjang pelaksanaan tujuan dalam
menunjang wawasan sesuai instansi dimana ia bernaung. Oleh karena itu salah satu
tugas pokok perpustakaan ialah mengumpulkan, mengelola, memelihara dan
melayankan sumber daya koleksi untuk kepentingan masyarakat global.
Fungsi
perpustakaan harus benar-benar merupakan pusat bahan pembelajaran agar dinamika
proses pembelajaran dapat tercipta dengan baik. Disamping itu pula pustakawan
juga harus bisa memanfaatkan fasilitas yang ada didalam perpustakaan agar dapat
memberikan pelayanan dengan baik dalam memberikan informasi.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang dikemukakan diatas, maka permasalahan yang menjadi bahasan
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana
fasilitas perpustakaan di Perpustakaan Universitas 45 Makassar?
2. Bagaimana
kinerja pustakawan di Perpustakaan Universitas 45 Makassar?
3. Bagaimana
pengaruh fasilitas perpustakaan terhadap kinerja pustakawan di Perpustakaan
Universitas 45 Makassar
C.
Definisi
operasional
Sebelum
melanjutkan pembahasan ini terlebih dahulu penulis mengemukakan pengertian
judul agar dapat dimengerti dan tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami pembahasan ini.
a.
Fasilitas
perpustakaan adalah sarana yang dapat membantu tenaga pustakawan dalam
melaksanakan fungsi dari perpustakaan itu sendiri seperti gedung yang digunakan
untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata
susunan tertentu untuk digunakan pembaca.[3]
b.
Kinerja
pustakawan adalah seseorang yang memberikan pelayanan di perpustakaan dengan
cara membantu pengunjung menemukan koleksi buku, majalah, dan informasi
lainnya. sedangkan
c.
Pengaruh
Fasilitas Perpustakaan Terhadap Kinerja Pustakawan di Perpustakaan Universitas
45 Makassar adalah suatu penilaian tentang seberapa besar daya atau upaya
pustakawan dalam melaksanakan fungsi dari perpustakaan itu sendiri dengan
memanfaatkan fasilitas yang ada.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dan manfaat yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah:
a.
Tujuan penelitian
Penelitian
ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana keberadaan fasilitas
sebuah perpustakaan memberikan kontribusi kepada pegawai untuk meningkatkan
kinerjanya.
b.
Manfaat penelitian
1.
Diharapkan dapat menjadi masukan kepada
pustakawan Perpustakaan Universitas 45 Makassar.
2.
Sebagai motivasi kepada pustakawan untuk
dapat meningkatkan kinerja di perpustakaan
E. Garis-garis besar isi skripsi
Untuk memperoleh gambaran keseluruhan isi dalam skripsi ini, maka
penulis memaparkan garis-garis besarnya sebagai berikut:
BAB I merupakan bab pendahuluan
yang mencakup tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, hipotesis,
definisi operasional dan ruang lingkup pembahasan, tujuan dan kegunaan
penelitian, dan diakhiri dengan garis-garis besar isi skripsi.
BAB II merupakan bab Tinjauan teoritis
Perpustakaan Universitas 45 Makassar yang membahas tentang
pengertian perpustakaan, pustakawan, fasilitas perpustakaan,dan kinerja
pustakawan.
BAB III merupakan bab
yang memuat tentang metodologi penelitian yang terdiri dari : jenis dan
tempat penelitian, instrumen penelitian,
tehnik pengumpulan data, teknik analisa data.
BAB IV merupakan bab
yang berisi hasil penelitian dan pembahasan yang mencakup tentang sejarah
singkat Perpustakaan
Universitas 45 Makassar, struktur organisasi Perpustakaan Universitas
45 Makassar dan pengaruh
fasilitas perpustakaan terhadap kinerja pustakawan di Perpustakaan Universitas
45 Makassar.
BAB V ini merupakan
bab penutup yang memuat tentang
kesimpulan dan saran-saran dari penulis untuk pengembangan penelitian
selanjutnya serta diakhiri dengan daftar pustaka.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Pengertian Perpustakaan
Dalam kamus Umum Bahasa Indonesia pustaka artinya; kitab, buku-buku, buku primbon.[4]
Sementara istilah perpustakaan dalam kamus tersebut dijelaskan; tempat, gedung,
ruang yang disediakan untuk memeliharaan dan kepustakaan lain yang disimpan
untuk dibaca, dipelajari, dibicarakan.[5]
Dalam bahasa inggris dikenal dengan library,
yang asalnya terbentuk dari kata Latin liber atau libri artinya
buku. Dari ungkapan Latin tersebut terbentuklah istilah libraries yang
artinya tentang buku. Dalam bahasa Asing lainnya perpustakaan disebut juga bibliotheek
(Belanda), bibiothek (Jerman), bibliotheque (Perancis),, bibliotheca
(Spanyol dan Portugis), yang semuanya merujuk dari kata biblia dari
bahasa Yunani yang berarti tentang buku. Istilah bible yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai Alkitab, juga berasal
dari kata biblia tersebut.[6]
a. Pengertian
Perpustakaan Umum
Ketika
seseorang mendengarkan istilah perpustakaan, maka dalam benak mereka bahwa yang
dimaksud adalah adanya sebuah gedung atau ruangan yang dipenuhi rak-rak buku
dengan pelayanan sejumlah orang, yang didalamnya ada meja kursi tempat mereka
membaca. Sudah tentu apa yang mereka pikirkan dalam benak mereka tidaklah semua
salah dalam memahami arti kata perpustakaan.
Dalam
hal pendefinisian sebuah istilah setiap orang akan berbeda, tergantung dari
sudut mana ia memandang sebuah masalah atau istilah tersebut. Demikian pula
dalam memahami istilah perpustakaan, dari sumber yang ada tidak ada definisi
yang paten yang diakui oleh banyak orang
tentang istilah perpustakaan. Namun secara umum dapat dipahami bahwa
perpustakaan ialah sebuah ruangan, yang berupa bagian sebuah gedung yang
digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan
menurut tata susunan tertentu untuk memudahkan dan digunakan pembaca, bukan
untuk dijual. Dalam pengertian buku dan
terbitan lainnya termasuk di dalamnya semua bahan cetak (buku, majalah,
laporan, pamplet, prosiding, manuskrip naskah), lembaran musik, berbagai karya
media audio visual seperti film, slide, kaset, piringan hitam, bentuk mikro
seperti mikro film, mikrofis, dan mikroburam.[7]
Kendati
tidak ada definisi yang paten tentang istilah perpustakaan, setidaknya ada
beberapa pakar perpustakaan memberikan definisi, diantaranya Sutarno mendefinisikan
perpustakaan adalah suatu ruangan, bagian dari
gedung/ bangunan, atau gedung
itu sendiri, yang berisi buku-buku koleksi, yang disusun dan diatur sedemikian
rupa sehingga mudah dicari dan dipergunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan
untuk pembaca. Perpustakaan merupakan lembaga pendidikan yang sangat demokratis
karena menyediakan sumber belajar sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan
melayaninya tanpa membedakan suku bangsa, agama yang dianut, jenis kelamin,
latar belakang dan tingkat sosial, umur dan pendidikan serta perbedaan lainnya.[8]
Menurut
Hermawan dan Zen; “Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang melayani seluruh
lapisan masyarakat tanpa membedakan latar belakang, status sosial, agama, suku,
pendidikan dan sebagainya.[9]
Sementara
Pamuntjak, menyatakan bahwa :
Perpustakaan umum
ialah perpustakaan yang menghimpun koleksi buku, bahan cetakan serta rekaman
lain untuk kepentingan masyarakat umum. Perpustakaan umum berdiri sebagai
lembaga yang diadakan untuk dan oleh masyarakat. Setiap warga dapat menggunakan
perpustakaan tanpa dibedakan pekerjaaan, kedudukan, kebudayaan dan agama. Meminjam
buku dan bahan lain dari koleksi perpustakaan dapat dengan cuma-cuma atau
dengan membayar iuran sekedarnya sebagai tanda kenggotaan dari perpustakaan
tersebut.[10]
Selain
pendapat di atas Basuki, mengemukakan bahwa “Perpustakaan umum adalah perpustakaan
yang diselenggarakan oleh dana umum dengan tujuan melayani umum”[11]
Sakri
dkk mengemukakan bahwa perpustakaan adalah lembaga yang menghimpun pustaka dan
menyediakan sarana bagi orang untuk memanfaatkan koleksi pustaka tersebut.[12]
Senada
dengan Sakri, Milburga, dkk menjelaskan bahwa Perpustakaan adalah suatu unit
kerja yang berupa tempat menyimpan koleksi bahan pustaka yang diatur secara
sistematis dengan cara tertentu untuk digunakan secara berkesinambungan oleh
sebagai sumber informasi.[13]
Dalam buku Pedoman Umum Penyelenggaraan
Perpustakaan Umum dijelaskan bahwa : Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang
diselenggarakan di pemukiman penduduk (kota atau desa) diperuntukkan bagi semua
lapisan dan golongan masyarakat penduduk pemukiman tersebut untuk melayani
kebutuhannya akan informasi dan bahan bacaan.[14]
Dari
beberapa pengertian tersebut dapat dipahami bahwa perpustakaan secara umum
memberikan layanan kepada semua orang, anak-anak, remaja, dewasa, pelajar,
mahasiswa, pegawai, ibu rumah tangga, para usia lanjut, laki-laki maupun
perempuan. Disamping itu perpustakaan hasil budaya dan catatan perjalanan umat
manusia yang tertuang dalam bentuk hasil karya dengan bentuk yang ril, baik
tertulis maupun bentuk-bentuk lainnya, yang memberikan informasi bagi
orang-orang semasanya maupun bagi orang-orang sesudahnya demi kemasalahatannya.
b.
Pengertian Perpustakaan Universitas 45 Makassar
Istilah
perpustakaan Universitas 45 Makassar sebenarnya tidak berbeda dengan arti
perpustakaan secara umum dan terkait dengan fungsi perpustakaan itu sendiri.
Tetapi secara khusus dapat dipahami bahwa arti perpustakaan Universitas 45
Makassar biasanya menunjukan letak dan penanggungjawab perpustakaan ada pada
suatu Universitas.
Seandainya
kita melihat bagaimana kondisi Perpustakaan Universitas 45 Makassar saat ini,
rasanya tidak akan berbeda dengan apa yang penulis simpulkan, walaupun
kesimpulan ini belum tentu benar. Kondisi Perpustakaan Universitas 45 Makassar
boleh jadi menjadi suatu objek yang kurang bahkan tidak disukai oleh masyarakat
atau pelajar sekalipun, apalagi oleh pelaku bisnis. Tidak heran kalo mendengar
seorang mahasiswa yang mengatakan kata “seram” atau “angker”
jikalau ditanya tentang perpustakaan. Dan jika ditanya berapa sering melakukan
kunjungan dalam satu bulan, maka tidak heran pula jika mendapat jawaban “tidak
pernah sama sekali”.
Sungguh
suatu kondisi yang sangat memprihatinkan, dimana perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang begitu pesat saat ini, perkembangan informasi secara global
sudah demikian hebatnya, kondisi perpustakaan Universitas 45 Makassar seperti
laksana “hidup segan mati tak mau”.
Perbaikan
kondisi perpustakaan memang dilakukan, tetapi hampir hasilnya tidak memberikan
peningkatan fungsi dan peran Perpustakaan Universitas 45 Makassar terhadap dosen, staf terutama mahasiswa.
Itulah sedikit gambaran tentang kondisi sebuah unit pelayanan yang ada di
Universitas 45 Makassar yang secara langsung berkaitan dengan pengembangan
sumber daya manusia.
Merujuk
pada pengertian perpustakaan di atas baik secara umum maupun secara khusus dapat
dipahami, bahwa sebuah perpustakaan mempunyai ciri-ciri dan persyaratan
tertentu seperti:
1. Tersedianya
ruangan/gedung, yang dipergunakan khusus untuk perpustakaan.
2. Adanya
koleksi bahan pustaka/bacaan dan sumber informasi lainnya
3. Adanya
petugas yang menyelenggarakan kegiatan dan melayani pengguna.
4. Adanya
komunitas pelajar pengguna.
5. Adanya
sarana dan prasarana yang diperlukan.
6. Diterapkannya
suatu sistem atau mekanisme tertentu yang merupakan tata cara, prosedur dan
aturan-aturan agar segala sesuatunya berlangsung lancar.
Penyelenggaraan
perpustakaan secara umum memiliki beberapa tujuan antara lain:
1. Mengembangkan
minat baca serta mendayagunakan semua bahan
pustaka yang tersedia di perpustakaan.
2. Mengembangkan
kemampuan mencari, mengolah, dan memanfaatkan
informasi yang tersedia di perpustakaan mendidik masyarakat agar dapat
menggunakan informasi yang tersedia di perpustakaan.
3. Meletakkan
dasar-dasar ke arah belajar mandiri.
4. Memupuk
minat baca dan menumbuhkan daya apresiasi dan imajinasi pelajar maupun masyarakat.
5. Mengembangkan
kemampuan untuk memecahkan masalah, tanggungjawab dan berpartisipasi aktif dalam
pembangunan nasional.
Untuk
mencapai tujuan di atas perpustakaan secara umum mempunyai beberapa fungsi
antara fungsi lain sebagai
berikut:
1.
Fungsi edukasi: Perpustakaan merupakan
sumber belajar bagi para anggota sivitas akademikanya. Oleh karena itu koleksi
yang tersedia adalah koleksi yang mendukung kegiatan belajar-mengajar di
perguruan tinggi.
2.
Fungsi
informasi: Perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah diakses oleh para
pencari dan pengguna informasi.
3.
Fungsi
riset: Perpustakaan menyediakan bahan-bahan pustaka mutakhir yang mendukung
pelaksanaan penelitian ilmu, teknologi, dan seni
4.
Fungsi
rekreasi: Perpustakaan menyediakan koleksi yang dapat membantu untuk
mengembangkan minat, kreativitas dan daya inovatif para penggunanya
5.
Fungsi
defosit: Perpustakaan menjadi pusat penyimpanan karya ilmiah yang dihasilkan
oleh para anggota sivitas akademikanya.
Sedangkan
ditinjau dari sudut pelayanan sesuai dengan tujuannya, maka perpustakaan
tersebut mempunyai fungsi sebagai berikut:
a) Sebagai
pusat pengumpul informasi
b) Sebagai
pusat pelestarian informasi
c) Sebagai
pusat pengelolaan informasi
d) Sebagai
pusat pemanfaatan informasi
e) Sebagai
pusat penyebaran informasi
B. Pustakawan
Pustakawan merupakan variabel ketiga
dalam penelitian ini, pustakawan diartikan sebagai seseorang yang bekerja di perpustakaan dan membantu
orang menemukan buku, majalah, dan informasi
lainnya.
SK. MENPAN No.132 Tahun 2002 tentang
jabatan fungsional pustakawan dan angka kreditnya, memberi batasan pengertian
pustakawan sebagai berikut:
Pustakawan adalah
Pegawai Negri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara
penuh oleh pejabat yang berwewenang untuk melakukan kepustakawanan pada
unit-unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi instansi pemerintah atau unit tertentu lainnya.
Sebagaimana yang tercantum dalah SK
MENPAN No.132 Tahun 2002 tentang ketentuan umum, pustakawan terdiri dari 2
jalur yaitu:
1)
Pustakawan tingkat
terampil adalah pustakawan yang memiliki dasar pendidikan untuk pengankatan
pertama kali serendah-rendahnya Diploma II Perpustakaan, Dokumentasi, dan
informasi atau sarjana bidang lain yang disetarakan.
2)
Pustakawan tingkat ahli
adalah pustakawan yang memiliki dasar pengangkatan pertama kali
serendah-rendahnya sarjana perpustakaan, dokumentasi dan informasi atau sarjana
bidang lain yang disetarakan.[15]
C. Fasilitas
Perpustakaan
1. Sarana Perpustakaan
a. Koleksi Perpustakaan
Pengertian
koleksi perpustakaan menurut Siregar, adalah “Semua bahan pustaka yang
dikumpulkan, diolah dan disimpan untuk disajikan kepada masyarakat guna
memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi”.[16]
Koleksi
perpustakaan tidak terbatas hanya pada buku saja, tetapi meliputi segala macam
bentuk cetakan dan rekaman. Dalam Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan
Perpustakaan Umum, dinyatakan bahwa ”Koleksi perpustakaan umum mencakup bahan
pustaka tercetak serta buku, majalah dan surat kabar, bahan pustaka terekam dan
elektronik seperti kaset, video, piringan (disk) dan lain-lain”.[17]
Menurut
Philips, menyatakan bahwa koleksi adalah:
“Kumpulan buku atau
bahan pustaka lainnya juga dipakai untuk menyatakan seluruh bahan pustaka yang
ada di suatu perpustakaan”.[18]
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa koleksi perpustakaan terdiri dari bahan
pustaka tercetak, bahan pustaka terekam dan bahan pustaka elektronik yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan informasi.
A.
Fungsi Koleksi Perpustakaan
Koleksi
perpusakaan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan pengguna perpustakaan. Menurut
Sjahrial-Pamuntjak, fungsi koleksi perpustakaan perguruan tinggi adalah :
Melayani keperluan
para mahasiswa dari tingkat persiapan sampai kepada mahasiswa yang sedang menghadapi
ujian sarjana dan menyusun skripsi, para staf dalam persiapan bahan perkuliahan
serta para peneliti yang tergabung dalam perguruan tinggi bersangkutan. [19]
Sedangkan dalam buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi, fungsi
koleksi perpustakaan khusus perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai
berikut:
1)
Fungsi Pendidikan
Untuk
menunjang program pendidikan dan pengajaran perpustakaan mengadakan bahan
pustaka yang sesuai atau relevan dengan jenis dan tingkat program yang ada.
2)
Fungsi Penelitian
Untuk menunjang program penelitian perguruan tinggi
perpustakaan menyediakan sumber informasi tentang berbagai jenis hasil
penelitian dan kemajuan ilmu pengetahuan mutakhir.
3) Fungsi Referensi
Fungsi ini melengkapi kedua fungsi di atas dengan
menyediakan bahan-bahan referensi di berbagai bidang alat-alat bibliografis
yang diperlukan untuk penelusuran informasi.
4) Fungsi Umum
Perpustakaan perguruan tinggi juga merupakan pusat
informasi bagi masyarakat di sekitarnya. Fungsi ini berhubungan dengan program
pengabdian masyarakat dan pelestarian bahan pustaka serta hasil budaya yang
lain.[20]
Demikian pula Siregar menyatakan bahwa fungsi dari
koleksi perpustakaan adalah sebagai berikut :
a) Fungsi pendidikan, yaitu menunjang program pendidikan
dan pengajaran bagi masyarakat umum, kelompok, lembaga yang membutuhkan.
b) Fungsi penelitian, yaitu menunjang penelitian yang
dilakukan oleh masyarakat/pengguna.
c) Fungsi referensi, yaitu menjadi bahan referensi bagi
masyarakat/pengguna perpustakaan.
d) Fungsi umum, dimana perpustakaan menjadi pusat
informasi bagi masyarakat, fungsi ini berhubungan dengan pengabdian kepada
masyarakat dan pelestarian bahan pustaka serta hasil budaya manusia lainnya.[21]
Dari uraian di atas jelas bahwa fungsi koleksi yang
tersedia di perpustakaan sebagai fungsi pendidikan, penelitian, referensi dan
umum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
b. Ketersediaan Koleksi
Untuk memenuhi kebutuhan penguna, koleksi perpustakaan
harus lengkap dan beragam, sehingga informasi yang dicari akan lebih mudah
diperoleh. Ketersediaan koleksi yang beragam dapat memberikan alternatif bagi
penguna untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Kata ketersediaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
mempunyai arti “Kesiapan sesuatu sarana (tenaga, barang, modal, anggaran) untuk
dapat digunakan dalam waktu yang telah ditentukan.[22]
Menurut Sutarno, ketersediaan koleksi perpustakaan
adalah, adanya sejumlah koleksi atau bahan pustaka yang dimiliki oleh suatu
perpustakaan dan cukup memadai jumlah koleksinya dan koleksi tersebut
disediakan agar dapat dimanfaatkan oleh pengguna perpustakaan tersebut.[23]
Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa
ketersediaan koleksi merupakan kesiapan perpustakaan dalam menyediakan koleksi
bahan pustaka untuk dipergunakan oleh pengguna sesuai dengan kebutuhan pengguna
perpustakaan tersebut.
Menurut Sutarno, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam melakukan ketersediaan koleksi sebuah perpustakaan antara
lain :
a. Kerelevanan, koleksi hendaknya disesuaikan dengan
kebutuhan pengguna perpustakaan
b. Berorientasi kepada pengguna perpustakaan
c. Kelengkapan koleksi
d. Kemutakhiran koleksi[24]
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
ketersediaan koleksi merupakan penyediaan berbagai jenis bahan pustaka yang
akan dilayankan kepada penggunanya untuk dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan
pengguna perpustakaan.
2. Prasarana Perpustakaan
a. Gedung dan Ruang Perpustakaan
Di
dalam pelaksanaan kegiatan perpustakaan diperlukan gedung dan ruang khusus.
Para ahli memberi batasan perpustakaan sebagai ruang dimana bahan-bahan pustaka
dikumpulkan, diatur dan disajikan kepada para pemakai. Keadaan ruang
perpustakaan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan berhasil
tidaknya penyelenggaraan perpustakaan.
Dalam
Buku Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Umum untuk membangun suatu
perpustakaan umum hendaknya diperhatikan faktor-faktor berikut :
1)
Gedung/ruang perpustakaan hendaknya disesuaikan
dengan tat tertib administrasi yang efektif dan ekonomis untuk memudahkan
kelancaran tugas-tugas.
2)
Diusahakan agar lintas udara di perpustakaan
berjalan baik, ini menyangkut peraturan ventilasi. Penggunaan kipas angin
supaya sedemikian rupa sehingga udara dapat bergerak searah, tidak saja
menambah kenyamanan ruangan, tetapi juga dapat membantu ketahanan bahan pustaka
lainnya, karena dengan lintas udara demikian kemungkinan terjadi proses
penjamuran buku dihindarkan.
3)
Cahaya langsung dari matahari tidak baik, karena
dapat merusak buku-buku dan juga alat-alat/perlengkapan perpustakaan serta
mengganggu kenyamanan membaca karena itu hendaknya diusahakan agar cahaya dalam
ruangan perpustakaan tidak langsung dari matahari. Diusahakan agar penerangan
merata seluruh ruangan.
4)
Lantai ruangan perpustakaan agar diusahakan
tidak menimbulkan bunyi yang dapat mengganggu orang yang sedang membaca. Jika
keuangan memungkinkan, lantai dilapisi karpet.
5)
Dinding perpustakaan hendaknya menyerap bunyi.
Gaung dalam ruang perpustakaaan sangat mengganggu ketenangan.
6)
Pengaturan jendela yang baik dapat membantu
pertukaran udara yang sehat dan pengaturan cahaya yang cukup
7) Langit-langit
ruang perpustakaan jangan terlalu rendah (minimal 3m) Di
samping pintu umum, setiap perpustakaan harus ada pintu darurat yang hanya
dipergunakan sewaktu-waktu saja, terutama dalam keadaan bahaya.[25]
Sedangkan Siregar menyatakan bahwa :
Ruang baca adalah ruangan yang dipergunakan oleh
pengguna/ pengunjung perpustakaan untuk membaca bahan perpustakaan yang
diperlukan. Ruang baca pada umumnya dekat dengan koleksi atau ruang koleksi dan
ruang baca digabungkan dalam satu ruangan. Ruang pelayanan digunakan untuk
melayani pengguna perpustakaan, menyelesaikan administrasi peminjaman/
pengembalian, menyelesaikan daftar keanggotaan, menitipkan tas atau barang,
menggunakan kartu katalog untuk mencari bahan pustaka yang ada di
perpustakaaan, melihat pengumuman, meminta keterangan , melayani fotocopy dan
lain-lain.[26]
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ruang perpustakaan adalah ruangan yang
dipergunakan pengguna dalam kegiatan memanfaatkan layanan dan koleksi
perpustakaan.
b. Perabot dan Perlengkapan
Perpustakaan
Perabot dan perlengkapan perpustakaan untuk layanan kepada pengguna,
jenisnya sangat tergantung kepada jenis atau sistem layanan yang diterapkan.
Menurut Siregar, perabot dan perlengkapan didefinisikan sebagai berikut :
Perabot adalah
barang-barang yang berfungsi sebagai wadah atau wahana penunjang fungsi
perpustakaan seperti meja, kursi, rak buku dan lain-lain.sedangkan perlengkapan
adalah barang-barang yang merupakan perlengkapan dari suatu komponen dan atau
kegiatan perpustakaan antara lain mesin tik, komputer, layar proyektor dan
lain-lain.[27]
Menurut
Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum untuk memilih perabot dan
perlengkapan perpustakaan umum harus memperhatikan antara lain :
1)
Setiap jenis bahan pustaka pandang dengar
memerlukan alat baca sendiri seperti; alat baca mikro tape recorder, untuk
kaset video recorder dan sebagainya.
2)
Perlengkapan seperti rak-rak buku, meja dan
kursi untuk pembaca harus memperhatikan usia para warga masyarakat pemakai.
Bagi perpustakaan umum dikaitkan dengan perlengkapan ini harus dilihat golongan
pembaca sebagai berikut :
a)
Anak-anak setingkat Sekolah dan SMTP
b) Remaja
c) Orang muda/dewasa/usia lanjut
d) Orang cacat
Jumlah kursi atau tempat duduk yang disediakan untuk
pembaca harus berkisar 20 s.d 30 persen dari jumlah pembaca potensial.
Dari
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perabot dan perlengkapan perpustakaan
adalah wadah atau wahana sebagai penunjang fungsi perpustakaan.
3. Teknologi Informasi
a. Pengertian
Teknologi Informasi pada Perpustakaan
Menurut
kamus the Dictionary of Computers, Information and Telecommunication dalam
Utami Hariyadi, teknologi informasi diberi batasan sebagai teknologi
pengadaan, pengolahan, penyimpanan, dan penyebaran berbagai jenis informasi
dengan memanfaatkan komputer dan telekomunikasi.[28]
Menurut Pendit dalam Hariyadi :
“Adanya
dorongan-dorongan kuat untuk menciptakan teknologi baru yang dapat mengatasi
kelambatan manusia mengolah informasi...”.[29]
Kelambatan
itu terasa sebab volume informasi semakin cepat membengkak. Pendit menambahkan
bahwa teknologi informasi memungkinkan komsumsi dalam jumlah besar dan
kecepatan luar biasa. Kemampuan tersebut terutama disebabkan oleh ujung tombak
teknologi informasi, yakni komputer.
Menurut Lubbe dan Nauta, dalam filosofi triadic-nya
teknologi informasi adalah salah satu sudut segitiga samasisi yang melambangkan
teknologi. Dua sudut lainnya adalah energi dan materi. Teknologi informasi
sendiri lahir sekitar 1947, ditandai dengan ditemukannya komputer sebagai
komponen utama, setelah masa teknologi yang mengeksploitasi energi mulai abad
ke-18 sampai 1947.[30]
Kebutuhan TIK sangat berhubungan dengan peran
perpustakaan sebagai kekuatan dalam pelestarian dan penyebaran informasi ilmu
pengetahuan dan kebudayaan yang berkembang seiring dengan menulis, mencetak,
mendidik, dan kebutuhan akan pengguna. Pengertian penerapan teknologi informasi
pada perpustakaan adalah membagi informasi kepada pengguna melalui elektronik
agar pengguna dengan cepat memperoleh informasi yang bermanfaat bagi pengguna.
Menurut Keen dan Longley dalam Hasugian, teknologi
informasi bisa diartikan sebagai perpaduan antara:
1) Komputer, mencakup perangkat lunak dan perangkat
keras.
2) Komunikasi data yang memungkinkan komputer, baik yang
bersifat lokal maupun internasional.
3) Media penyimpanan dan metode untuk mempresentasikan
data, dengan tujuan untuk memperoleh, mengolah, menyimpan serta menyampaikan
informasi.[31]
b. Sejarah Penerapan Teknologi Informasi pada
Perpustakaan
Istilah teknologi informasi (Information Technology
atau IT) mulai populer di akhir dekade 70-an oleh lapisan masyarakat
termasuk pula kalangan pustakawan.[32]
Menurut Tedd dalam Hasugian, pada awal tahun 1960, beberapa perpustakaan di
Amerika Utara dan Inggris memulai eksperimen dengan komputer. Di Amerika
Serikat, pekerjaan ini dilaksanakan pada perpustakaan khusus dan perpustakaan
universitas. Pada pertengahan tahun
1960-an, Library of Congress (LC) memulai eksperimen dengan memproduksi
cantuman MARC (Machine Readable Catalog).[33]
Pada tahun 1961, H.P. Luhn dari IBM mengembangkan program-program untuk
memproduksi kata kunci indeks untuk judul-judul dari berbagai artikel yang
terdapat dalam Chemical Abstract dan Douglas Aircraft Corporation memulai
untuk memproduksi katalog dengan komputer. Sejak saat itu banyak perpustakaan
besar di negara-negara lain mulai mengembangkan sistem berbasis komputer di
dalam perpustakaan mereka. Kegiatan komputerisasi perpustakaan di Indonesia
dimulai pada awal tahun 1970-an berupa pembuatan daftar majalah berbantuan
komputer oleh Pusat Dokumentasi Informasi Nasional (kini berubah menjadi
PDII-LIPI) dengan menggunakan komputer. Komputer yang digunakan milik
departemen pekerjaan umum, sementara perangkat lunaknya disediakan oleh
perpustakaan Asian Institute of technology, Bangkok, Thailand. Setelah
berhasil menyusun senarai tersebut, PDII-LIPI kemudian meningkatkan pembuatan
katalog induk majalah berbantuan komputer. Katalog Induk majalah selesai pada
tahun 1975 mencakup ratusan majalah dilanggan oleh 33 perpustakaan.[34]
Sementara itu perpustakaan lembaga masalah ketenagaan mulai melakukan
eksperimen sederhana simpan dan temu balik informasi berbantuan komputer
sekitar tahun 1975. Kegiatan tersebut dilakukan dengan menggunakan komputer Hewlett
Packacrd 9845 B. Sistem tersebut digunakan untuk menjalankan jasa informasi
kilat bagi pemakai. Berkembangnya teknologi komputer, khusunya mikro komputer,
serta tersedianya perangkat lunak Micro CDS/ISIS (Micro Computerized
Documentation Service/Integrated Service Information System) buatan UNESCO
pada awal tahun 1980-an dan dimulai digunakan di Perpustakan di Indonesia yakni
di Perpustakaan Perguruan Tinggi (Satgas Perpustakaan) menyatakan bahwa
perangkat lunak resmi dalam pembuatan katalog untuk perpustakaan perguruan
tinggi adalah CDS/ISIS, sedangkan format yang digunakan adalah INDOMARC (Indonesian
Machine Readble Catalogue). Sejak itu Perpustakaan yang ada di Indonesia
mulai menerapkan sistem terautomasi di perpustakaan mereka, terutama
perpustakaan besar seperti pada Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan
Perguruan Tinggi.
c. Sistem Automasi Perpustakaan
Pemanfaatan teknologi komputer perlu adanya efisiensi
dan efektivitas dari pelayanan perpustakaan. Pengguna teknologi sangat berguna
bagi staff perpustakaan untuk meningkatkan mutu pelayanan dan memperkenalkan
berbagai jenis pelayanan baru yang sebelumnya tidak mampu dilakukan oleh
perpustakaan tradisional. Pada sistem kerumahtanggaan yang manual, semua
pekerjaan dilakukan hanya dengan kemampuan manusia. Pekerjaan rutinitas yang
sering dilakukan secara berulang-ulang biasanya menimbulkan kejenuhan bagi
pelaksanaannya. Kemampuan tenaga manusia untuk melakukan dan meningkatkan
frekuensi pekerjaan sangatlah terbatas, padahal pada kondisi tertentu
adakalanya suatu pekerjaan harus diselesaikan dengan waktu cepat dan akurat.
Automasi perpustakaan adalah komputerisasi kegiatan
rutin dan operasi sistem kerumahtanggaan perpustakaan (library housekeeping)
yang mencakup pengadaan, pengatalogan, termasuk penyediaan katalog online (OPAC),
pengawasan sirkulasi dan serial. Dengan kata lain perpustakaan terautomasi
adalah suatu perpustakaan yang menggunakan sistem terautomasi untuk penanganan
sebagian atau atau seluruh kegiatan rutinnya.[35]
Setiap perpustakaan mempunyai alasan mengapa mereka
mengembangkan sistem kerumahtanggaan dari sistem manual menjadi sistem
terautomasi. Walaupun alasan-alasan tersebut ada yang bersifat spesifik ada pula
yang bersifat umum tergantung kepada seberapa keinginan sebuah perpustakaan
untuk merubah kondisi sistem kerumahtanggaannya.
Menurut Duval dan Main dalam Hasugian, menyatakan:
Dari berbagai alasan untuk melakukan otomasi di perpustakaan, alasan berikut
adalah yang sering dijumpai dan dikutip yaitu meningkatkan efisiensi
pemprosesan (increased processing afficiency), memperbaiki layanan
kepada pengguna (improved service to users), penghematan dan penekanan
pembiayaan (saving money and containing cost), memperbaiki administrasi
dan informasi manajemen (improved Administrative and management information)
sebagai jawaban atas kegagalan sistem manual dan sebagai basis untuk
melakukan reorganisasi. Satu hal menarik dari alasan di atas ialah perbaikan
administrasi dan informasi manajemen yang baik.[36]
Automasi perpustakaan pada hakekatnya adalah
meningkatkan kualitas layanan kepada pengguna jasa perpustakaan serta
meningkatkan efisiensi kerja perpustakaan. Untuk mencapai tujuan tersebut dapat
menggunakan beberapa cara atau metode. Corbin dalam Hasugian, membagi metode
automasi perpustakaan atas 4 (empat) yakni:
1. Membeli sistem turnkey
Sistem Turnkey adalah suatu sistem komputer
yang dirancang, diprogram, diuji dan kemudian dijual oleh perusahaan (vendor
dan suplier) kepada perpustakaan dalam keadaan siap untuk dipasang
dan dioperasikan. Sistem ini merupakan suatu paket jadi. Biasanya vendor menyiapkan
dokumentasi yang perlu, seperti pedoman untuk para pengguna. Adakalanya vendor
mengikuti para kontrak untuk pemasangan dan pemeliharaan sistem, serta
penyelenggaraan pelatihan pengoperasian sistem tersebut untuk para staff
perpustakaan. Sedangkan vendor lain menyiapkan untuk menjual software
aplikasinya saja, dan perpustakaan sendiri yang bertanggungjawab untuk menyiapkan
hardware-nya.
2. Mengadaptasi sistem
Perpustakaan dapat juga membangun dan mengembangkan
automasinya dengan cara mengadaptasi sistem melalui kerjasama jaringan. Sistem
jaringan adalah suatu sistem yang dirancang, diprogram dan digunakan secara
bersama oleh beberapa perpustakaan, karena sistem tersebut dinamakan juga
sistem kooperatif. Perpustakaan yang menjadi anggota jaringan biasanya membayar
sejumlah dana kepada pengelola pusat jaringan sesuai kesepakatan bersama,
menyangkut persyaratan anggota, hak dan kewajiban serta jenis layanan digunakan
secara bersama.
3. Mengembangkan sistem lokal
Perpustakaan dapat juga membangun sistem automasinya
dengan mengembangkan sistem lokal, yang sering disebut “in-house developed
system”. Sistem lokal adalah sistem komputer yang dirancang, diprogram dan
diuji oleh perpustakaan pembuatnya. Salah satu contoh sistem lokal di
Perpustakaan Universitas Petra Surabaya.
4. Menggunakan bersama sistem dari perpustakaan lain
Metode atau cara lain yang dapat dipilih oleh
perpustakaan dalam rangka membangun dan megembangkan sistem automasinya adalah
menggunakan bersama sistem ini dari perpustakaan lain. Dengan metode ini,
perpustakaan bisa menekan biaya dan kegiatan merancang, memprogram dan menguji
sistem yang biasanya membutuhkan biaya dan waktu yang banyak karena kegiatan-kegiatan
tersebut sudah dilakukan oleh perpustakaan asal sistem tersebut. Cara ini
banyak digunakan di Indonesia khususnya perpustakaan perguruan tinggi.[37]
Automasi perpustakaan khususnya pengembangan database
catalog merupakan embrio lahirnya online searching yang sempat populer
di negara maju sebelum penggunaan internet. Meluasnya automasi perpustakaan
dikembangkan pada perpustakaan besar dan jenis komputer yang digunakan adalah mainframe
yang harganya tergolong mahal. Perpustakaan di negara berkembang seperti
Indonesia dapat mengembangkan aplikasi secara bertahap dengan menggunakan
program seperti CDS/ISIS yang dapat diperoleh secara cuma-cuma.[38]
Dengan
demikian automasi perpustakaan sebagai sesuatu kegiatan pengkomputerisasian
rutinitas dan operasai sistem kerumahtanggaan perpustakaan (library
housekeeping) mencakup beberapa bidang antara lain : pengadaan,
pengatalogan, pengawasan sirkulasi dan pengawasan serial.
D.
Kinerja Pustakawan
1. Pengertian Kinerja
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kinerja
diartikan sebagai suatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan
kerja.[39] Hasibuan memberikan
pengertian kinerja adalah:
Suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas
kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu. Kinerja merupakan gabungan
dari tiga faktor penting, yaitu kemampuan dan minat seorang pekerja, kemampuan
dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas, serta peran dan tingkat motivasi
seorang pekerja. Semakin tinggi ketiga faktor di atas, semakin besarlah kinerja
pustakawan bersangkutan.[40]
Pengertian lain dari suatu kinerja juga dapat
diartikan bahwa kinerja adalah keseluruhan pelaksanaan akktivitas jasmaniah dan
rohaniah yang kinerja, subtansi kinerja yang dimaksud adalah kecepatan,
ketepatan, kemudahan dan kualitas kegiatan kerja. Hal ini yang menjadi acuan
definisi berbagai organisasi dalam mendefinisikan kinerja secara luas.
Menurut Moekijat:
Kinerja pustakawan merupakan suatu proses
pelaksanaan tugas pokok dari fungsi
dengan cepat, tepat, mudah dan berkualitas, sebagai bentuk dari suatu tugas
pokok yang harus diemban dan dipertanggungjawabkan sebagai wujud pelaksanaan
kinerja yang harus ditingkatkan.[41]
Selanjutnya Thompson mendefinisikan:
Kinerja adalah suaut serangkaian aktivitas yang
dilakukan melalui input, proses, output,
outcome, benefit dan inpact terhadap suatu
aplikasi kegiatan kinerja kerja untuk mencapai tujuan organisasi. Artinya,
kegiatan dari suatu dinamika kerja tidak terlepas dari kebutuhan pencapaian
kerja yang optimal sesuai dengan bentuk kinerja kerja yang diberikan.[42]
Uraian tersebut mengidentifikasikan bahwa kinerja
dalam suatu organisasi tidak terlepas dari serangkaian kegiatan yang meliputi
pelayanan, aktivitas, hasil penanganan, manfaat dan pertanggungjawaban untuk
mencapai tujuan organisasi. Peranan tersebut sangat ditentukan dari aplikasi
kinerja kerja yang diperlihatkan.
Menurut Barata:
Kinerja kerja adalah kepedulian kepada masyarakat
dengan memberikan layanan kerja untuk memfasilitasi kemudahan pemenuhan
kebutuhan dan mewujudkan kepuasan, agar masyarakat selalu loyal kepada
organisasi atau menjadikan manajemen birokrasi sebagai bagian yang integral
dari aktivitas kinerja kerja yang diberikan.[43]
Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa
bentuk penilaian kinerja yang diterapkan suatu organisasi yang sifatnya
subyektif dan obyektif yaitu kinerja berdasarkan penilaian pimpinan yang mengacu
kepada pelayanan, proses kegiatan, kemajuan kerja, penanganan kerja, kinerja
dan pertanggungjawaban kerja.
Kinerja pustakawan dapat pula dipahami sebagai hasil
yang dicapai yang dapat diukur melalui efisiensi dan efektifitas dari pekerjaan
yang dilakukan. Kinerja adalah hasil kerja yang bersifat konkrit, dapat
diamati, dan dapat diukur.
Apabila dideskripsikan kinerja menyangkut 3
komponen penting yaitu tujuan, ukuran dan penilaian. Penentuan tujuan dari
organisasi merupakan strategi untuk meningkatkan kinerja. Tujuan ini akan
memberikan arah dan mempengaruhi bagaimana seharusnya perilaku kerja yang
diharapkan organisasi terhadap setiap
personel. Walaupun demikian penentuan tujuan tidaklah cukup, sebab itu dibutuhkan
ukuran apakah seorang personel telah mencapai kinerja yang diharapkan atau
tidak.
Aspek lain dari definisi kinerja adalah penilaian
kinerja secara regular yang dikaitkan dengan proses pencapai tujuan kinerja
setiap personel. Tindakan ini akan membuat personel untuk senantiasa berorientasi
terhadap tujuan dan berperilaku kerja sesuai dan searah dengan tujuan yang
hendak dicapai. Dengan demikian jelaslah bahwa pengertian kinerja dengan
deskripsi tujuan, ukuran operasional, dan penilaian regular mempunyai peranan
penting dalam mempertahankan dan meningkatkan motivasi personel.
Menurut Simamora penilaian kinerja adalah:
Alat yang berfaedah tidak hanya untuk mengevaluasi
dan memotivasi kalangan pustakawan. Sayangnya, penilaian kinerja juga dapat
menjadi sumber kerisauan dan frustasi bagi pustakawan. Hal ini kerap disebabkan
oleh ketidakpastian-ketidakpastian abiguitas di seputar system penilaian
kinerja.[44]
Pada intinya penilaian kinerja dapat dianggap
sebagai alat untuk mensertifikasi bahwa individu-individu memenuhi standar
kinerja yang telah ditetapkan. Penilaian kinerja dapat pula menjadi cara untuk
membantu individu-individu mengelola kinerja mereka.
Kinerja dapat dilihat dari berbagai sudut pandang,
tergantung pada tujuan masing-masing organisasi dan bergantung pada bentuk
organisasi itu sendiri.
Dengan demikian kinerja adalah kesediaan seseorang
atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakan sesuatu
dengan tanggungjawabnya dengan hasil yang diharapkan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud kinerja adalah proses dan hasil kerja yang
dicapai dalam menjalankan tugas profesionalisme dengan didasari moral etis
untuk mencapai tujuan organisasi. Sebagai indikator kinerja pustakawan dapat
dilihat pada tugas pokoknya.
Pada hakikatnya penetapan system pengukuran kinerja
atau penilaian kinerja sumber daya manusia (pustakawan) merupakan salah satu
langkah strategis dalam rangka mewujudkan beberapa tujuan tertentu.
Penilaian kinerja (performance
appraisal) pada dasarnya merupakan
faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien,
karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atau sumber daya manusia
yang ada dalam organisasi. Untuk keperluan penilaian kinerja pustakawan,
diperlukan adanya informasi relevan dan reliabel tentang prestasi kerja
masing-masing individu artinya mampu menggambarkan kinerja pustakawan secara
baik. Penilaian kinerja individual sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan
organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka dapat diketahui
kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja pustakawan.
Penilaian kinerja yang adil membutuhkan suatu
standar/kriteria untuk menjadi perbandingan terhadap kinerja pustakawan.
Semakin jelas standar kinerjanya, kian akurat penilaian tersebut. Maka dari
itu, langkah pertama dalam pengelolaan pustakawan atau kelompok kerja yang efektif adalah dengan meninjau standar yang
ada dan menyusun standar yang baru sekiranya memang dibutuhkan.[45]
Pada prinsipnya penilaian kinerja adalah merupakan
cara pengukuran kontribusi-kontribusi dari individu dalam instansi yang
dilakukan terhadap organisasi. Nilai penting dari penilaian kinerja adalah
menyangkut penentuan tingkat kontribusi individu atau kinerja yang
diekspresikan dalam penyelesaian tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya.
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif, yaitu untuk mengetahui pengaruh fasilitas perpustakaan
terhadap kinerja pustakawan di Perpustakaan Universitas 45 Makassar.
Adapun wilayah yang menjadi tempat penelitian penulis
yaitu Perpustakaan Universitas 45 Makassar.
B.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam
tahap pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa tahapan. Tahapan-tahapan
yang dimaksud meliputi: tahap persiapan, tahap pengumpulan data, dan tahap
pengelolahan data yang telah dikumpulkan.
1. Tahap
Persiapan
Tahap
persiapan ini penulis melakukan beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian
ini antara lain penulis mengambil surat izin penelitian dari Dekan Fakultas
Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar, kemudian surat tersebut dibawa ke
Kantor Gubernur Sulawesi Selatan kemudian ke Universitas 45 Makassar.
Setelah
prosedur tersebut selesai dan mendapat perizinan, maka tahap selanjutnya adalah
pengumpulan data.
2. Tahap
pengumpulan data
Adapun tahap pengumpulan data yang dimaksud dalam
penelitian ini terdiri dari dua sumber yaitu:
a. Untuk
data sekunder, dilakukan dengan penelitian kepustakaan (library research) yang bertujuan untuk menjaring data-data konsep
ilmiah yang berkaitan dengan materi penelitian berupa buku-buku karya ilmiah
dan berbagai macam literatur yang ada kaitannya dengan topik penelitian.
b. Untuk
data primer yang diolah, metode pengumpulan data dilakukan dengan cara
penelitian lapangan (field research)
yakni pengamatan langsung terhadap kegiatan pustakawan, wawancara (interview) dan pembagian koesioner
kepada pustakawan yang dalam penelitian ini
C.
Instrumen
Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan
data yang merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data, yang
menurut Prof. Dr. Suharsimi Arikunto instrumen penelitian adalah alat atau
fasilitas yang digunakan oleh seorang peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih
mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis
sehingga lebih mudah diolah.[46]
Jenis
instrumen yang penulis gunakan dalam pengumpulan data diantaranya:
1.
Observasi
Observasi
adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang
diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data apabila sesuai
dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara sistematis serta
dapat dikontrol keandalan (realibilitas) dan kebenarannya (validitas)
nya.[47]
Observasi
(pengamatan) penulis lakukan dengan mengadakan pengamatan langsung pada objek
penelitian, yang kemudian mencatat hal-hal yang mungkin ada kaitan atau
hubungan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi secara rinci dan
sistematis.
2.
Kuesioner
Kuesioner
(angket) adalah daftar pertanyaan atau pertanyaan yang dikirimkan kepada
responden, baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui pos atau
perantara).[48]
Teknik
pengumpulan data melalui angket ada dua macam angket tertutup dan angket
terbuka. Angket tertutup adalah adalah angket dimana responden tidak diberi
kesempatan untuk menjawab lebih bebas, dan ada kemungkinan responden asal
mengisi saja. Sementara angket terbuka adalah angket dimana responden dapat
mengungkapkan buah pikirannya dan berguna bila peneliti ingin mengetahui
keadaan responden lebih mendalam.
Teknik
pengumpulan data melalui angket, baik angket tertutup maupun terbuka mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Angket tertutup kemungkinan datanya tidak akurat
karena responden dapat saja asal mengisi atau tidak jujur dalam nengisi angket.
Sedang angket terbuka sukar mengolah datanya karena sering jawaban tidak sama.
3.
Wawancara
Wawancara
adalah tehnik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan
keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan
orang yang dapat memberikan keterangan pada si peneliti. Wawancara ini dapat
dipakai melengkapi data yang diperoleh melalui observasi.
D.
Tekhnik Analisis Data
Teknik analisis
data yang penulis gunakan yaitu data kualitatif yaitu hasil dari wawancara yang
diberikan penjelasan secukupnya.
BAB IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Sejarah Singkat Perpustakaan Universitas 45 Makassar
Berbicara
tentang sejarah berdirinya perpustakaan Universitas “45” tidak terlepas dari
sejarah berdirinya Yayasan Universitas “45”
itu sendiri. Dalam hal ini perpustakaan merupakan salah satu syarat
berdirinya perguruan tinggi. Termasuk Universitas “45” dimana perpustakaan
merupakan sub system dari Universitas.
Universitas
“45” didirikan pada tanggal 5 april 1986 oleh Yayasan Universitas “45”. Dimana
ketua badan pengelolah atau pembina
serta pendiri yayasan adalah H. Andi Sose. Sebagai suatu lembaga tinggi
yang mengemban misi Tri darma Perguruan Tinggi dan pengabdian pada masyarakat.
Maka Universitas “45’ didirikan dengan tujuan sebagai berikut:
Ikut
berperan dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat daalam arti penerapan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang berguna dalam pembangunan masyarakat bangsa
dan Negara.
1.
Ikut serta dalam pelaksanaan penelitian dalam bidang ilmu dan teknologi
yang menyangkut kepentingan bangsa dan sekaligus mendukung keseimbangan
pembangunan nasional dan regional.
2.
Turut serta dalam penelitian dibidang ilmu dan teknologi. Serta
menyelenggarakan pendidikan tinggi untuk menghasilkan tenaga ahli yang memiliki
tenaga professional yang tinggi serta memiliki kepribadian yang utuh
berdasarkan falsafah dan pandangan hidup bangsa.
Untuk
mencapai tujuan diatas, maka perlu
ditunjang berbagai aspek yang dapat mendukung kegiatan Tri Darma Perguruan
Tinggi diantaranya adalah perpustakaan.
Perpustakaan merupakan unit yang tidak langsung atau langsung menunjang
kegiatan atau program perguruan tinggi dan dapat menunjang tujuan pendidikan
sebagaimana yang termaktub dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional.
Yaitu pada Bab II yang terdiri beberapa pasal antara lain sebagai berikut :
a.
Pasal 2 pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan undang-undang
dasar 1945
b.
Pasal 3 pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan serta
meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya
mewujudkan tujuan nasional.
c.
Pasal 4 pedidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab kebangsaan.
Mengingat kondisi perpustakaan “45” Ujung pandang waktu
didirikan masih sangat sederhana. Dan koleksinya hanya untuk memenuhi kebutuhan
para dosen, karena tempat khusus perpustakaan belum ada. Maka untuk sementara
koleksi yang ada ditempatkan pada fakultas masing-masing sesuai dengan subjek
yang dikandung oleh buku tersebut.
Karena perkembangan
koleksinya semakin meningkat, maka ruang perpustakaan diadakan khusus. Dan
untuk sementara perpustakaan menempati ruang khusus di fakultas pertanian.
Tetapi lokasinya semakin sempit akhirnya dikumpulkan semua koleksi yang
tersebar diseluruh fakultas untuk disatukan diruang perpustakaan.
Tetapi pada tanggal 1
januari 1987 Universitas “45’ diresmikan, maka perpustakaan mendapatkan ruang
tersendiri yang menempati lantai pertama dari gedung yang berlantai sebelas.
Pada saat menempati ruang baru tersebut keadaan koleksi untuk memenuhi
kebutuhan para dosen sudah cukup memadai bahkan mahasiswa sudah diizinkan untuk
mempergunakan koleksi yang ada dalam batas-batas tersebut. Maka pada tanggal 3
juli 1994 perpustakaan “45” dipindahkan lagi kelantai (9) dari gedung yang
berlantai (11) dan keadaan koleksinya sudah agak memadai.
B.
Struktur Organisasi
Perpustakaan Universitas 45 makassar
“Struktur
Organisasi adalah pola formal tentang bagaimana orang dan pekerjaan
dikelompokkan”.[49] Proses berkenaan dengan
aktifitas yang memberi kehidupan pada skema organisasi itu. Komunikasi,
pengambilan keputusan, evaluasi prestasi kerja, sosialisasi dan pengembangan
karir adalah proses dalam setiap organisasi.
Organisasi
adalah dari manusia yang tergabung dalam suatu wadah dengan maksud mencapai
tujuan bersama yang telah digariskan sebelumnya. Menurut Benard organisasi
adalah suatu system mengenai usaha-usaha kerja sama yang dilakukan oleh dua
orang atau lebih. Sedangkan James D. Mooney merumuskan bahwa organisasi adalah
setiap bentuk perserikatan manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama dan
terikat secara formal dalam suatu ikatan hirarkis dan selalu terdapat hubungan
antara seseorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan.
Struktur
Organisasi diperlukan untuk memberikan wadah, tujuan, misi, tugas pokok dan
fungsi, jika fungsi yang diselenggarakan berlangsung secara terus-menerus, maka
harus dikembangkan agar memungkinkan berlakunya fungsionalisasi yang menjadi
landasan peningkatan efisiensi dan efektivitas organisasi. Fungsionalisasi
memerlukan orang-orang yang harus bekerja sama serta pemrakarsa tersebut atau
suatu bidang dalam organisasi yang memerlukan kerjasama dengan pemegang
tanggungjawab di bidang lain.
Perpustakaan
“45” merupakan salah satu dari beberapa bagian yang ada dalam struktur
organisasi Universitas “45”, bagian berperpustakaan tidak bersifat otonom,
tetapi merupakan bagian integral yang tidak bisa terpisahkan dengan lembaga
induknya, sehingga pelaksanaan perencanaan terutama anggaran rutin tidak
dirancang oleh Kepala Perpustakaan, tetapi merupakan wewenang kepala Biro
Perencanaan. Kepala Perpustakaan hanya mengusulkan semua yang dibutuhkan di dalam
perpustakaan baik berupa koleksi maupun perlengkapan lainnya.
Untuk
memperlancar proses kegiatan pelayanan di Perpustakaan Universitas “45” maka
perlu adanya pembagian tugas yang jelas dan menempatkan masing-masing individu
sesuai dengan keahlian dan kemampuan lainnya, sehingga tujuan diatas dapat
tercapai sesuai yang diinginkannya.
Perpustakaan
Universitas “45” dipimpin oleh kepala perpustakaan dibantu oleh tiga orang
pegawainya dengan pembagian tugas sesuai dengan bagian yang ada di
perpustakaan, adapun bagian-bagian yang terdapat pada perpustakaan “45” adalah
sebagai berikut:
a.
Bagian tata usaha
b.
Bagian layanan dan informasi
c.
Bagian katalogisasi dan klasifikasi
Adapun
struktur organisasi yang dimiliki oleh Perpustakaan Universitas 45 Makassar dapat dilihat pada gaambar di bawah
ini:
STRUKTUR
ORGANISASI UNIVERSITAS 45 MAKASSAR
Kepala Perpustakaan
Universitas 45
|
Bag.layanan dan informasi
|
Tata
usaha
|
Bag.katalogisasi dan klasifikasi
|
Struktur organisasi
tersebut belum sempurna, karena masih ada bagian yang belum terdapat pada bagan
struktur oraganisasi pada perpustakaan “45” seperti halnya bagian-bagian
pengaadaan bahan pustaka, bagian layanan refrensi dan skripsi, hal ini
disebabkan oleh kurangnya tenaga pustakawan, sehingga bagian tersebut masih
dikerjakan bersama antara kepala perpustakaan dan para stafnya.
Adapun tugas
masing-masing bagian di Perpustakaan Universitas “45” secara umum dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1.
Kepala Perpustakaan dengan tugas sebagai berikut:
a.
Melaksanakan tugas manajemen perpustakaan
b.
Membawahi tiga bagian, yaitu:
-
Bagian tata usaha
-
Bagian layanan dan informasi
-
Bagian katalogisasi dan klasifikasi
c.
Menerima tugas-tugas yang ditentukan oleh atasannya.
2.
Bagian Tata Usaha dengan tugas sebagai berikut:
a.
Memberikan pelayanan administrasi bagi pegawai dan mahasiswa.
b.
Menyelenggarakan tugas-tugas kearsipan.
c.
Menyelenggarakan surat-menyurat baik di dalam maupun di luar
Universitas.
d.
Membuat statistic tentang pengunjung, jumlah koleksi yang terpakai
3.
Bagian layanan dan informasi, dengan tugas sebagai berikut:
a.
Memberikan pelayanan dan sirkulasi kepada pemakai.
b.
Memberikan pelayanan refrensi kepada pemakai.
c.
Memberikan pelayanan informasi kepada pengguna perpustakaan yang membutuhkan
informasi tertentu.
4.
Seksi Katalogisasi dan klasifikasi bertugas sebagai berikut:
a.
Mengkatalog koleksi bahan pustaka
b.
Mengklasifikasi bahan pustaka
c.
Membubuhkan stempel milik, nomor inventarisasi, menempelkan label buku
dan kelengkapan isinya, sampai koleksi tersebut siap untuk dipakai.
1)
Layanan Perpustakaan Universitas 45 Makassar
Sistem layanan yang
diterapkan di Perpustakaan Universitas 45 Makassar adalah system akses terbuka
(open acces), yaitu pemustaka langsung mencari di rak koleksi bahan pustaka
yang diinginkan.
1.
Jenis Layanan
a.
Layanan Sirkulasi
Jasa
ini memberikan layanan peminjaman dan pengembalian buku sesuai dengan peraturan
yang berlaku (khusus untuk civitas akademika 45). Untuk anggota perpustakaan
diluar Universitas “45” hanya diperbolehkan membaca dan fotocopy di tempat.
b.
Layanan Rujukan dan Refresi
Jasa
layanan rujukan dan refrensi memberikan rujukan informasi yang beragam dari
bahan pustaka, yang ada di perpustakaan Universitas “45”, seperti kamus,
ensiklopedia, handbook, dan sebagainya..
c.
Layanan Majalah, Koran dan Junan
Penelusuran
artikel majalah dilakukan secara otomasi. Penelusuran bisa lewat kata
kunci,judul artikel atau nama majalah/jurnal.
d.
Layanan skripsi/tugas akhir
Jasa
layana skripsi/tugas akhir hanya boleh dibaca dan dicatat diperpustakaan.
e.
Layanan bimbingan pengguna dan praktisi perpustakaan
Melalui jasa ini anda
mendapat bimbingan:
-
Bagaimana cara menelusuri (mencari) dan memanfaatkan koleksi secara
tepat dan maksimal.
-
Bagaimana cara mengelolah dan mengembangkan perpustakaan.
f.
Layanan fotocopy dan penjilidan
Untuk
memudahkan pengguna perpustakaan mendapatkan informasi dari koleksi yang tidak
dipinjamkan,maka kami sediakan layanan fotocopy dan penjilidan dilantai I
perpustakaan.
g.
Layanan online public access catalog(opak)
Data
bibliografi Perpustakaan Universitas 45 Makassar dapat ditelusuri dikomputer
yang khusus disediakan untuk pengunjung dengan menggunakan LAN (Local Area
Network).
h.
Layanan internet
Layanan
internet dengan fasilitas komputer LCD bagi pemustaka yang tidak memiliki
laptop.
2.
Jam layanan
HARI
|
JAM BUKA
|
ISTIRAHAT
|
SENIN-KAMIS
|
08.00 - 12.00
13.00 – 14.00
|
12.00 – 13.00
|
JUMAT
|
08.00 – 11.30
13.30 – 15.30
|
11.30– 13.30
|
3.
Keanggotaan
Ø
Mereka yang berhak menjadi anggota perpustakaan adalah :
1.
Pejabat structural Universitas “45”
2.
Dosen tetap Universitas “45”
3.
Karyawan tetap Universitas “45”
4.
Mahasiswa unUiversitas “45”
Ø
Pejabat structural, Dosen tetap, Karyawan tetap serta mahasiwa
mengisisi formulir pendaftaran anggota yang disediakan oleh pihak perpustakaan
dan menyerahkan 2 lembar Fas Photo ukuran 2x3 cm dan 3x4 cm masing-masing 1
lembar..
Ø
Biaya administrasi sebanyak Rp. 5000
Ø
Masa berlaku keanggotaan adalah dua semester dan dapat diperbaharui
apabila ada perubahan status.
2.
Peminjaman
Ø
Masa Peminjaman
1.
Pejabat Struktural, Dosen tetap, dan Karyawan tetap berhak meminjam 2
buku selama 1 minggu.
2.
Mahasiswa Universitas “45” berhak meminjam 2 buku selama 4 hari.
Ø
Cara Peminjaman
1.
Peminjaman hanya diberikan kepada pemilik sah kartu anggota yang ada
dilingkungan Universitas “45’ dan bukan wakilnya.
2.
Peminjaman mempertanggungjawabkan buku-buku yang dipinjam.
Ø
Perpanjangan pinjaman
1.
Apabila tidak ada orang lain yang ingin meminjam maka perpanjangan
dapat dilakukan.
2.
Peminjaman koleksi lain dapat dilakukan apabila mengembalikan buku yang
telah dipinjam sebelumnya.
Ø
Pengembalian buku pinjaman
1.
Buku pinjaman harus dikembalikan sesuai dengan batas waktu yang
diberikan.
2.
Apabila melewati waktu yang telah ditentukan, maka dikenakan denda Rp.
200,00/hari/buku.
3.
Apabila denda belum dilunasi maka anggota perpustakaan kehilangan hak
pinjam.
2)
Fasilitas Perpustakaan Universitas 45 Makassar
Mengingat
perpustakaan Universitas “45” termasuk kategori perpustakaan yang baru, maka
sudah tentu perangkat yang tersedia juga sangat sederhana.
Adapun
beberapa fasilitas sebagai berikut adalah:
1.
Tempat Penitipan tas/barang.
2.
Tempat Koleksi buku teks (literatur wajib, anjuran) dan buku-buku
Pengembangan Ilmu Pengetahuan.
3.
Pelayanan Peminjaman dan Pengembalian (sirkulasi).
4.
Ruangan Kepala Perpustakaan.
5.
Meja
-
Meja baca umum (34) buah.
-
Meja baca majalah (4) buah.
-
Meja administrasi (2) buah.
6.
Kursi
-
Kursi baca umum (46) buah.
-
Kursi meja (3) buah.
7.
Lemari
-
Lemari kaca (2) buah
-
Lemari tak berkaca (2) buah
-
Lemari penitipan (2) buah
-
Lemari katalog (4) buah
8.
Rak
-
Rak buku umum (10) buah
-
Rak majalah (3) buah
-
Rak koleksi referensi (2) buah
9.
Jepitan Koran (10) buah
10.
Pendingin ruangan (4) buah
3)
Koleksi Bahan Pustaka
Koleksi bahan pustaka
yang ada di Perpustakaan Universitas 45 Makassar masih dianggap belum memadai.
Sehingga para pemakai jasa perpustakaan belum dapat terpenuhi dengan
sebagaimana mestinya.
Adapun jumlah koleksi
bahan pustaka yang ada di perpustakaan Universitas “45” Makassar adalah:
1.
Jumlah buku 2994 eksamplar
2.
Buku-buku khusus 2470 eksamplar
3.
Skripsi 2470 eksamplar
4.
Majallah eksamplar
4)
Peraturan Perpustakaan Universitas 45 Makassar
a.
Tata tertib Perpustakaan Universitas
45 Makassar
1.
Tas, kantong, jaket, dan semaacamnya disimpan pada lemari penitipan.
2.
Uang, surat penting dan barang berharga lainnya harus dibawa serta.
Pihak perpustakaan tidak bertanggung jawab atas kehilangan barang-barang
tersebut.
3.
Dilarang membuat kegaduhan dan keributan di dalam ruang perpustakaan.
4.
Bahan koleksi yang dibaca/dipinjam harus dalam keadaan baik sebelum
dibaca/dipinjam.
5.
Sampah yang tidak diperlukan dibuang pada tempatnya.
6.
Tidak diperkenankan mencoret pada koleksi. Meja baca, kursi, dan
dinding perpustakaan.
7.
Menanyakan dengan sopan informasi kepada petugas perpustakaan apabila
ada hal-hal yang tidak diketahui.
8.
Meminta dan mengembalikan koleksi harus sepengatahuan petugas dengan
memenuhi persyaratan yang berlaku.
b.
Sanksi
1.
apabila koleksi/peralatan yang dibaca/dipinjam,dikembalikan dalam
keadaan rusak maka peminjam berkewajiban menjilid atau memperbaiki kembali
dalam waktu 1 minggu.
2.
Peminjam/pembaca yang mengotori buku, mencoret atau membuat catatan
dalam koleksi diwajibkan membersihkan dan member sampul. Apabila tidak ditaati
maka peminjaman akan diberi peringatan tertulis dengan tebusan kepada Rektor.
3.
Apabila koleksi yang dipinjam hilang maka anggota harus menggantikan
buku yang sejenis sebelum semester yang sedang berjalan berakhir atau anggota
membayar tiga kali lipat dari harga buku yang bersangkutan. Selama
koleksi/peralatan perpustakaan belum diganti maka peminjam dilaporkan kepada
Rektor.
C.
Pengaruh
Fasilitas Perpustakaan Terhadap Kinerja Pustakawan di Universitas 45 Makassar
Penulis dalam hal ini
mencoba meneliti terkait dengan pengaruh fasilitas perpustakaan terhadap kinerja
pustakawan yang ada di Perpustakaan Universitas 45 Makassar.
Sebagai langkah awal penulis
kemukakan jenis fasilitas baik sarana dan prasarana sebagai objek pemberi
pengaruh yang informasinya diperoleh dari hasil jawaban angket dari 4
responden.
1.
Sarana
a.
Komputer
Berhubungan
dengan keberadaan komputer dalam mendukung pekerjaan pustakawan tanggapan
responden sangat setuju karna dengan adanya komputer sangat mendukung pekerjaan
responden.
b.
Meja
Berhubungan
dengan keberadaan meja-meja yang terdiri dari meja umum sebanyak 34 buah, meja
majalah 4 buah, meja administrasi 2 buah tanggapan responden sangat setuju
karena dengan adanya sarana meja-meja sangat mendukung pekerjaan responden.
c.
Kursi
Berhubungan
dengan keberadaan kursi-kursi yang terdiri dari kursi baca umum 46 buah dan
kursi kerja 3 buah tanggapan responden sangat setuju karna dengan adanya sarana
kursi-kursi sangat mendukung pekerjaan responden.
d.
Lemari
Berhubungan
dengan keberadaan lemari-lemari yang terdiri dari lemari kaca 2 buah, lemari
tak berkaca 2 buah, lemari penitipan 2 buah dan lemari katalog 4 buah tanggapan
responden sangat setuju karna dengan adanya sarana lemari dalam perpustakaan
dapat mendukung pekerjaan responden.
e.
Rak
Berhubungan dengan
keberadaan rak-rak yang terdiri dari rak buku umum 10 buah, rak majalah 3 buah dan rak koleksi
refrensi 2 buah tanggapan responden sangat setuju karna dengan adanya sarana
rak-rak buku dalam perpustakaan dapat mendukung pekerjaan responden.
f.
Tempat penitipan
Berhubungan dengan
keberadaan tempat penitipan barang tanggapan responden sangat setuju karna
dengan adanya tempat penitipan barang maka pengunjung juga tidak kesulitan
dengan barang bawaannya dan tentu saja dapat mendukung pekerjaan responden.
2.
Prasarana
a.
Letak Gedung
Berhubungan dengan letak
gedung yang mendukung pekerjaan pustakawan tanggapan respondenpun sangat setuju
dengan letak gedung perpustakaan saat ini karena dapat mendukung pekerjaan
responden.
b.
Letak Ruangan
Berhubungan
dengan letak ruangan yang mendukung pekerjaan pustakawan maka tanggapan
respondenpun sangat setuju dengan letak ruangan perpustakaan saat ini karna
letaknya yang strategis dan mudah didapat sehingga sangat mendukung dengan
pekerjaan responden.
c.
Kebersihan Ruangan
Berhubungan dengan
kebersihan ruangan yang sangat mendukung kinerja pustakawan maka tanggapan
respondenpun sudah sangat setuju dengan kebersihan ruangan perpustakaan saat
ini sehingga sangat medukung dengan pekerjaan responden.
Sementara
kinerja pustakawan yang penulis sebar ke 4 orang, diperoleh hasil wawancara
sebagai berikut :
1.
Berhubungan
dengan pekerjaan yang telah dilaksanakan apakah memuaskan pimpinan? Jawaban
responden adalah sudah cukup memuaskan.
2.
Berhubungan
dengan pekerjaan yang telah dilaksanakan pustakawan, apakah sudah mencapai
kualitas yang diharapkan? Jawaban responden adalah telah mencapai kualitas yang
diharapkan.
3.
Apakah
pekerjaan yang diberikan dapat diselesaikan setiap hari? jawaban responden
adalah Pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
4.
Berhubungan
dengan kemampuan melaksanakan semua tugas dengan baik dan benar jawaban
responden adalah semua tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar tanpa ada
kendala apapun.
5.
Berhubungan
dengan kemandirian dalam menyelesaikan setiap masalah yang berkaitan dengan
tugas instansi kategori jawaban responden adalah semua pustakawan mampu
menyelesaikan tugas dengan baik dan mandiri.
6.
Berhubungan
dengan kemampuan bekerjasama dalam satu tim kategori jawaban responden adalah
pustakawan mampu bekerja sama dengan baik dan terjalin kekompakan saat
melaksanakan tugas.
7.
Berkaitan
dengan hubungan baik antara sesama pustakawan dan pimpinan jawaban responden adalah
hubungan antara sesama pustakawan sangat baik, hubungan pustakawan dan pemimpin
juga terjalin komunikasi yang baik.
Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dapat simpulkan bahwa keberadaan baik sarana maupun
prasarana memberikan pengaruh terhadap kinerja pustakawan di Perpustakaan Universitas
45 Makassar. Dengan demikian, sarana dan prasarana sangat mempengaruhi kinerja
pustakawan di Perpustakaan Universitas 45 Makassar terbukti.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari seluruh pembahasan
yang telah dikemukakan dalam skripsi ini, penulis menarik beberapa kesimpulan :
1.
Perpustakaan dan pendidikan erat
kaitannya dalam proses belajar-mengajar, bahwa perpustakaan menjadi unit
penunjang dan mempunyai peran penting dalam membantu proses pendidikan sehingga
membantu dalam pemenuhan informasi dalam pendidikan.
2.
Universitas 45 Makassar sangan
membutuhkan peran Perpustakaan dalam pemenuhan kebutuhan akan informasi ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan.
3.
Bahwa peranan perpustakaan dalam
peningkatan mutu pendidikan Universitas 45 Makassar sangat diperlukan dalam
proses belajar mengajar tetapi oleh karena tidak sebandingnya kwalitas, atau
jumlah koleksi yang ada maka tujuan peranan pepustakaan dalam meningkatkan mutu
pendidikan akan sulit tercapai.
4.
Pengadaan, pengelolaan, layanan,
pengadaan bahan pustaka, anggaran, serta dukungan dari berbagai pihak sangat
mempengaruhi peranan perpustakaan dalam peningkatan pendidikan Universitas 45
Makassar.
B.
Saran
Mencermati
keadaan perpustakaan yang ada di daerah khususnya perpustakaan yang Universitas
45 Makassar, penulis memberikan saran-saran:
1. Fasilitas
perpustakaan lebih ditingkatkan baik dalam segi kualitas maupun kwantitas,
demikian pula jumlah koleksi harus senantiasa ditingkatkan kwantitas dan
kualitasnya.
2. Diharapkan
agar para pustakawan Universitas 45 Makassar lebih disiplin waktu, baik dalam
jam kerja, pengumpulan angka kredit maupun kenaikan jabatan/pangkat
3. Daharapkan
agar para pustakawan dapat memberikan pelayanan dengan baik kepada masyarakat
pengguna, agar eksistensi perpustakaan dirasakan manfaatnya, khususnya dalam
penyediaan format-format yang aktual melalui jaringan teknologi informasi.
4. Diharapkan
segera dibentuk tim penilai perguruan tinggi dan ketua kelompok pustakawan di
lingkungan perpustakaan Universitas 45 Makassar.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Cet. VIII; Jakarta: Rineka Cipta, 1992.
Bafadal, Ibrahim, Drs., M.Pd. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Cet.
IV ; Jakarta : Bumi Aksara, 2005.
Barata, Atep
Adya. Dasar-dasar Kinerja Pelayanan Prima. Jakarta: Alex Media, 2003.
Basuki, Sulistyo. Pengantar
Ilmu Perpustakaan. Cet. I ; Jakarta : PT. Gramaedia
Pustaka Utama, 1991.
Daryanto. Kamus
Bahasa Indonesia Lengkap. Cet. I; Surabaya: Apollo, 1997.
Hariyadi,
Utami. Penerapan Teknologi Informasi
di Perpustakaan di Indonesia. Cet. I; Jakarta: PB IPI, 1993.
Hasibuan, Malayu
SP. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara, 2002.
Hasugian,
Jonner. Katalog Perpustakaan: Dari Katalog Manual Sampai Katalog Online
(OPAC). Medan: USU Digital Library, 2009.
Hermawan,
Rachman dan Zulfikar Zen. Etika Kepustakawanan. Cet. I; Jakarta: Agung
Seto, 2006.
Ilyas, Yaslis. Kinerja;
Teori, Penilaian dan Penelitian. Depok: Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan
FKMUI, 1999.
Koentjaraningrat.
Metode Penelitian Masyarakat.
Jakarta: Gramedia, 2003.
Koswara, E. Dinamika
Informasi dalam Era Global. Cet. I ; Bandung : Remaja Rosdakarya,
1998.
Larasati. Milburga, et
al. Membina Perpustakaan
Sekolah. Yogyakarta: Kanisius, 1991.
Lubbe dan Nauta.
Peicrean Semiotics, Culture and Expert Systems, Int. Forum Information
and Documentation, Vol. 17 (3), 1992.
Milburga,
Larasati, et al. Membina Perpustakaan Sekolah. Cet. I; Yogyakarta: Kanisius, 1991.
Moekijat. Manajemen
Sumber Daya Manusia (Manajemen Kepegawaian). Bandung: Mandar Maju,
2000.
Nawawi, Hadari. Metode Penelitian Bidang Sosial. Cet.
VI; Yogyakarta: Gajah Mada University Prees.
Pamuntjak,
Sjahrial. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan. Cet. I; Jakarta:
Djambatan, 2000.
Pedoman Umum
Penyelenggaraan Perpustakaan Umum, 2000.
Philips, Eva.
Membina Perpustakaan: Pedoman Kerja Perpustakaan Sederhana Bidang Teknologi
Tepat Guna dan Pembangunan Desa. Cet. I; Jakarta: PDII, 1992.
Poerwadarminta,
W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Cet. VIII; Jakarta : Balai Pustaka,
1985.
Simamora, Henri.
Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara, 1999.
Siregar, A.
Ridwan. Perpustakaan Energi Pembangunan Bangsa. Cet. I; Medan:
Universitas Sumatera Utara, 2007.
Soedaryono. Tata
Laksana Kantor, Manajemen Perkantoran. Cet. I ; Bandung: Mandar Maju,
2002.
Soetminah. Perpustakaan, Kepustakawanan, dan
Pustakawan. Yogyakarta: Kanisius, 1992.
Suhendar, Daya,
Drs. Pedoman Katalogisasi; Cara Mudah Membuat Katalog Perpustakaan. Cet.
III; Jakarta: Kencana, 2010.
Sumarji, P.
Mengelola Perpustakaan. Yogyakarta: Yayasan Kanisius, t.th.
Supriyadi. Pengantar
Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah. Malang: T.tp., 1982.
Sutarno. HS Perpustakaan
dan Masyarakat. Jakarta: Sagung
Seto, 2006.
Sutono, Urip.
Pengantar ke Organisasi dan Administrasi Perpustakaan Universits di Indonesia.
Jakarta : Jurusan Ilmu Perpustakaan FSUI, 1975.
Sutrisno, Edi,
Dr., M.Si. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cet. III; Jakarta: Kencana, 2011.
Suwarno. Wiji. Psikologi Perpustakaan. Cet. I ;
Jakarta : Sagung Seto, 2009
----------.Surat Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No.18
Tahun 1998 tentang angka kredit Bagi Pustakawan. Jakarta: Dep. P. dan K,
1988 h. 12
Tanjung, H.
Bahdin Nur. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Cet. V; Jakarta: Kencana,
2010.
Thompson,
Jacobs. The Service Quality in Performance. Prentice Hall: Ohio
Uiversity Press, 2003.
PENGARUH FASILITAS PERPUSTAKAAN TERHADAP KINERJA PUSTAKAWAN DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS 45
MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana Ilmu Perpustakaan Jurusan Ilmu Perpustakaan
Fakultas Adab dan Humaniora
Uin Alauddin Makassar
Oleh
DEDY ACHMADY
NIM.40400108018
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2012
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pembimbing penulisan
skripsi ini saudara Dedy Achmady, NIM: 40400108018,
Mahasiswa jurusan Ilmu
Perpustakaan pada Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar, setelah
dengan seksama meneliti dan mengoreksi skripsi yang bersangkutan dengan judul “pengaruh
fasilitas perpustakaan terhadap kinerja di Perpustakaan Universitas 45
Makassar”, dan bahwa skripsi tersebut telah memenuhi syarat-syarat ilmiah
dan dapat disetujui untuk diajukan ke siding munaqasyah
Demikian persetujuan ini
diberikan untuk diproses lebih lanjut.
Makassar,
September 2012
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Andi syamsuri, M.Hum A. Ibrahim, S.Ag.,s.s.M.Pd NIP:197007051998031008
ABSTRAK
Nama : Dedy Achmady
Nim : 40400108018
Jurusan
: Ilmu Perpustakaan
Judul Skripsi :Pengaruh fasilitas
perpustakaan terhadap kinerja pustakawan di Perpustakaan Universitas 45 Makassar
Penelitian ni membahas tentang
pengaruh fasilitas perpustakaan terhadap kinerja pustakawan di perpustakaan
universitas 45 makassar. Pokok masalah yang diangkat dalam skripsi ini adalah
sejauhmana pengaruh fasilitas perpustakaan terhadap kinerja pustakawan di
perpustakaan Universitas 45 Makassar.
Penelitian ini adalah penelitian
lapangan dan jenisnya adalah penelitian kualitatif. Untuk memperoleh data
digunakan metode wawancara
|
|
|
|
|
|
|
|
[1] Pawit M.yusuf
dkk.pedoman penyelenggaraan perpustakaan
sekolah (Cet. II; Jakarta: Prenada Media, 2007), hal. 1
[3]
Sulistiyo Basuki: pengantar ilmu
perpustakaan (cet. 1; Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1991), hal. 3.
[4]Tim Redaksi
Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi IV (Cet. I; Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1121
[6]Sulistyo Basuki,
Pengantar Ilmu Perpustakaan (Cet. I ; Jakarta : PT. Gramaedia
Pustaka Utama, 1991), h. 3.
[8]Sutarno HS, Perpustakaan dan Masyarakat (Cet. I; Jakarta: Sagung Seto, 2006), h. 7.
[9]Rachman Hermawan
dan Zulfikar Zen, Etika Kepustakawanan (Cet. I; Jakarta: Agung Seto,
2006), h. 30.
[10]Sjahrial-Pamuntjak,
Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan (Cet. I; Jakarta: Djambatan, 2000),
h. 3.
[11]Sulistyo-Basuki,
op. cit., h. 46.
[12]Soetminah, Perpustakaan, Kepustakawanan, dan Pustakawan
(Cet. I; Yogyakarta: Kanisius, 1992),
h. 32.
[13]Larasati Milburga, et
al. Membina Perpustakaan
Sekolah (Cet. I;
Yogyakarta: Kanisius, 1991), h. 17.
[14]Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (T.tc.
Jakarta: Balai Pustaka, 2000), h. 5.
[15] Surat Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara No.18 Tahun 1998 tentang angka kredit Bagi Pustakawan.
Jakarta: Dep. P. dan K, 1988 h. 12
[18]Eva Philips, Membina
Perpustakaan: Pedoman Kerja Perpustakaan Sederhana Bidang Teknologi Tepat Guna
dan Pembangunan Desa (Cet. I; Jakarta: PDII, 1992), h. 139.
[19]Sjahrial-Pamuntjak,
op. cit., h. 5.
[21]Siregar, op.
cit., h. 3.
[22]Tim Redaksi
Pusat Bahasa, op. cit., h. 1009.
[23]Sutarno, op.
cit., h. 85.
[26]A. Ridwan
Siregar, Perpustakaan Energi Pembangunan Bangsa (Cet. I; Medan:
Universitas Sumatera Utara, 2007), h. 14.
[28]Utami Hariyadi,
Penerapan Teknologi Informasi di Perpustakaan di Indonesia (Cet. I;
Jakarta: PB IPI, 1993), h. 253.
[30]Lubbe dan Nauta,
Peicrean Semiotics, Culture and Expert Systems, Int. Forum Information
and Documentation, Vol. 17 (3), 1992, h. 5-6 .
[31]Jonner Hasugian,
Katalog Perpustakaan: Dari Katalog Manual Sampai Katalog Online (OPAC),
(Medan: USU Digital Library, 2009), h. 1.
[35]A. Ridwan
Siregar, op. cit., h. 41.
[36]Jonner Hasugian,
op. cit., h. 6.
[38]A. Ridwan
Siregar, op. cit., h. 56.
[39]Tim Redaksi
Pusat Bahasa, op. cit., h. 503.
[40]Malayu SP.
Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Bumi Aksara,
2002), h. 94.
[41]Moekijat, Manajemen
Sumber Daya Manusia (Manajemen Kepegawaian), (Bandung: Mandar Maju,
2000), h. 48.
[42]Jacobs Thompson,
The Service Quality in Performance (Prentice Hall: Ohio Uiversity Press,
2003), h. 5.
[43]Atep Adya
Barata, Dasar-dasar Kinerja Pelayanan Prima (Jakarta: Alex Media, 2003),
h. 27.
[44]Henri Simamora, Manajemen
Sumber Daya Manusia (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h. 415.
[47]Husaini Usman, Metodologi
Penelitian Sosial (Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 52.
[49]
James L. Gibson, Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses Organisasi (Jakarta:
Erlangga, 1985)., h.10.
0 komentar: